REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Asumsi kebutuhan subsidi listrik tahun 2012 diperkirakan mencapai Rp 58,72 triliun, naik 44,28 persen dibandingkan tahun ini yang mencapai Rp 40,70 triliun.
Hal ini disampaikan oleh Dirjen Ketenagalistrikan Kementerian ESDM, Jarman, di Jakarta, Selasa (31/5). "Tetapi angka Rp 58,72 triliun ini masih sebatas perkiraan. Kita akan bicarakan lagi," katanya.
Menurut Jarman, banyak faktor yang memicu asumsi kebutuhan subsidi listrik di tahun depan lebih tinggi dari tahun ini. Faktor pemicunya antara lain nilai tukar rupiah terhadap dolar AS, harga crude oil price (COP), menyusutnya jaringan, pertumbuhan penjualan listrik dan biaya pokok penyediaan (BPP) tenaga listrik dengan margin delapan persen.
Jarman mengatakan, pada 2012 BPP tenaga listrik direncanakan Rp 988 per Kwh atau setara dengan Rp 171,67 triliun. Sedangkan pendapatan penjualan listrik tahun 2012 diproyeksikan mencapai Rp 126,69 triliun. "Subsidi dilihat dari struktur asumsi macam-macam. Paling membebani kan itu energi primer dan energi campuran," jelasnya.
Untuk tahun 2012, ia memperkirakan kebutuhan bahan bakar minyak (BBM) untuk pembangkit listrik mencapai 4,55 juta kiloliter (KL).