REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Kepala Badan Pelaksana Kegiatan Hulu Minyak dan Gas (BP Migas), Raden Priyono, menyatakan target lifting (produksi) minyak sebesar 970 ribu barel per hari (bph) di 2011 kemungkinan hanya tercapai 933-945 ribu bph. Menanggapi pernyataan tersebut, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Darwin Zahedy Saleh, mengatakan tidak tertutup kemungkinan akan mengganti Kepala BP Migas.
"BP Migas harus dikendalikan betul fungsinya. Kemungkinan mengusulkan penggantian Kepala BP Migas apabila ada masukan sudah tidak baik (kinerjanya)," kata Darwin di Jakarta, Kamis (26/5).
Peran BP Migas, lanjutnya, sangat besar dalam pencapaian target lifting minyak nasional. Darwin menyampaikan tanggungjawab kegiatan operasional produksi minyak dan gas ada di tangan BP Migas. Sedangkan tanggungjawab posisi ada di Kementerian ESDM. "Seutuhnya tanggungjawab saya sebagai menteri ESDM," ujar Darwin.
Sejauh ini, ia mengaku masih memandang positif kinerja BP Migas, termasuk Priyono sebagai KepalaBP Migas. Bahkan, Darwin, menyampaikan rasa optimisnya BP Migas bisa memperbaiki kinerja untuk bisa mencapai target lifting 970 ribu bph di 2011. "Sejauh ini saya masih optimis. Kepala BP Migas dan jajarannya bisa di-empower. BP Migas adalah badan pelaksana," tutur Darwin.
Pada awal April 2008 lalu, Priyono, bersama Hadi Purnomo (saat ini menjabat sebagai Staf Ahli Menteri ESDM) dan Evita Legowo, (Saat ini menjabat sebagai Dirjen Migas Kementerian ESDM), mengikuti fit and proper test sebagai kepala BP Migas di DPR.
Untuk menggantikan posisi Kepala BP Migas saat itu, Kardaya Warnika, Priyono menjanjikan produksi minyak di atas 1 juta bph untuk jangka pendek (2008-2010). Termasuk target cadangan minyak terhadap produksi di atas 15 tahun dari semula 10 tahun untuk jangka panjang (2011-2012).
Komisi VII DPR yang saat itu dipimpin Airlangga Hartarto pun kepincut dan tanpa ragu memilih Priyono, ketimbang Evita. Paparan Priyono, kata anggota Komisi VII DPR Alvin Lie, lebih berani menyebutkan angka-angka dibandingkan Evita. Secara resmi, Priyono pun dilantik menjadi pengganti Kardaya yang dinilai gagal mengangkat produksi minyak nasional, yang kemudian menjadi pekerjaan rumah besar kepala BP Migas yang baru.