REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Evakuasi Warga Negara Indonesia dari Libya yang sedang dilanda kemelut perang saudara terus diupayakan meskipun berbagai kendala yang kadang menyulitkan proses evakuasi.
Sekretaris Satu Politik KBRI Tunis, Boy Dharmawan kepada Antara London, Kamis menyebutkan berbagai kendala yang dihadapi diantaranya keadaan keamanan di perjalanan dari KBRI Tripoli menuju perbatasan Tunisia-Libya di Ras Jdir.
Boy Dharmawan mengatakan selain itu kondisi warga Negara Indonesia (WNI) yang sering kali tidak mempunyai dokumen perjalanan lengkap karena berbagai sebab, dan kondisi dan situasi dalam negeri Tunisia yang masih diliputi berbagai masalah pasca Revolusi Melati 14 Januari lalu.
Menurut Boy Dharmawan, KBRI Tunis telah kembali mengevakuasi dua orang WNI yang bekerja sebagai TKW di Libya yaitu Sarti Bt Sarimun Sadimun (35) asal Sidoarjo, Jatim, dan Epri Yunita Rahmudin (31) asal Serang, Banten, masuk ke Tunisia melalui pintu perbatasan Ras Jdir Minggu lalu.
Keduanya dijemput oleh rombongan yang dipimpin Sekretaris Ketiga Jopkie Kurniawan di perbatasan untuk diuruskan keperluan imigrasinya.
Saat diminta menceritakan sekelumit pengalaman mereka di Libya, Sarti, yang sudah bekerja di Libya selama tiga tahun, mengungkapkan selama bekerja di sana dia beruntung mendapatkan majikan yang baik.
Walaupun majikannya bukanlah orang yang sangat kaya seperti majikan kebanyakan TKW lainnya, semua kebutuhan dan hak-haknya dipenuhi. Selain itu dia diperlakukan seperti keluarga sendiri. Nasib Epri lebih baik lagi. Selain bekerja pada majikan yang kaya, kedua majikannya pun terbuka dan selalu bersikap baik kepadanya.
Selama dua tahun dia bekerja kepada mereka, semua kebutuhannya ditanggung. Dia bahkan diberi tiket pulang musim panas tahun yang lalu, dan selama dua bulan cuti di Indonesia, gajinya tetap dibayarkan.
Meskipun begitu, keduanya menyatakan lega telah dapat meninggalkan Libya dan sampai di Tunisia dengan selamat.
Setiap hari ada ledakan bom tidak begitu jauh dari kediaman mereka. Epri yang tinggal di kawasan Tajoura malah dapat mendengar suara pekikan "Allahu Akbar" orang-orang yang ikut berperang yang lewat di sekitar kediamannya.
Anggota keluarga yang perempuan kerap menangis bahkan sampai jatuh sakit karena katakutan. Epri sendiri merasa sangat takut, maka ketika keluarga majikan menawarkan padanya untuk mengungsi ke Tunisia, dia lalu meminta pulang ke Indonesia.
Keduanya saat ini masih berada di penampungan KBRI Tunis. Sampai saat ini, KBRI Tunis telah mengevakuasi 592 WNI dari Libya, 32 orang di antaranya dievakuasi setelah ditutupnya KBRI Tripoli 27 Maret yang lalu.