REPUBLIKA.CO.ID,YOGYAKARTA--Tiga mayat terduga anggota teroris yang tewas dalam penggrebegan di Kampung Dukuh, Desa Sanggrahan, Kecamatan Grogol, Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah Sabtu dini hari dibawa ke Rumah Sakit Bhayangkara Polda Daerah Istimewa Yogyakarta.
Menurut seorang petugas RS Bhayangkara yang tidak bersedia disebut namanya tiga mayat terduga teroris tersebut sampai di RS Bhayangkara dengan diantar petugas dari Detasemen Khusus 88 sekitar 04.00 WIB.
Ketiga mayat tersebut langsung dibawa di kamar jenazah RS Bhayangkara, dengan pengamanan ketat dari petugas kepolisian baik dari Detasemen Khusus 88, Polda Daerah Istimewa Yogyakarta dan Polres Sleman.
Seperti diberitakan, kepolisian menembak tiga orang terduga teroris di pertigaan Jalan Palagan Tentara Pelajar Kampung Dukuh, Desa Sanggrahan, Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah, Sabtu dini hari.
Aparat kepolisian yang diduga anggota Detaseman Khusus 88 Polri dalam baku tembak berhasil melumpuhkan dua orang di lokasi tersebut. Heru (55) warga setempat mengatakan, kejadian baku tembak antara polisi dengan dua orang tersebut berlangsung sekitar pukul 01.00 WIB hingga pukul 01.15 WIB. "Saya mendengar ada sekitar 20 tembakan lebih sehingga membangunkan tidur saya untuk melihat dari jendela kaca rumah," kata Heru.
Menurut dia, dua orang terlihat tergeletak di pinggir jalan itu, yang satu orang masih mengenakan helm posisi terlungkup dan masih membawa sepucuk pistol di tangannya. Satu orang lainnya helm terlepas tergeletak tidak jauh dari jalan di sebelah rumahnya.
Selain itu petugas juga melakukan penggerebekan di rumah kontrakan milik Agus tersebut, sekitar pukul 03.00 WIB pagi. Aparat juga berhasil mengamankan sejumlah barang bukti yang disimpan rumah kontrakan itu.
Polisi dalam penggeledahan di rumah kontrakan tersebut berhasil menemukan enam pucuk senjata angin laras panjang, buku-buku bacaan tentang Islam, potongan besi, dan baju rompi.
Berdasarkan informasi di lokasi kejadian, rumah kontrakan tersebut dihuni oleh Endro Yunanto bernama istrinya dan dua anaknya. Dia setiap harinya bekerja penjual es gabus dan istrinya berjualan makanan kecil.
Menurut Prapti (66) tetangga orang yang terduga teroris tersebut mengatakan, keluarga yang menempati rumah Nomor 17 itu, hanya kontrak dan mereka baru tinggal tiga bulan ini. "Yang laki bekerja penjual es gabus dan istrinya membungkus makanan kecil untuk dijual ke pasar. Keluarga itu memang orang tertutup, warga banyak yang tidak mengenalnya," katanya.
Menurut dia, polisi mendatangi rumah kontrakan tersebut sekitar pukul 03.00 WIB dan yang laki-laki dibawa oleh polisi, sedangkan istri dan dua anaknya masih di dalam rumah," katanya.