REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Dana Moneter Internasional atau IMF turut mempengaruhi sejumlah menteri untuk membeli pesawat buatan China jenis MA-60 yang salah satunya mengalami kecelakaan di Papua. Hal ini diungkapkan Wakil Ketua DPR RI, Priyo Budi Santoso, berdasar surat elektronik yang diterima dari salah satu mantan petinggi negeri ini.
Padahal, lanjut Priyo, pada saat yang bersamaan, pesawat N 250 buatan dalam negeri akan meraih sertifikasi Federal Aviatition Administration (FAA). Dari 1.600 jam terbang yang disyaratkan FAA, N 250 telah memiliki lebih dari 900 jam terbang.
"Ini menimbulkan pertanyaan, motifnya apa?" tanya Priyo di Gedung DPR, Jumat (13/5). Lebih lanjut, Priyo mempertanyakan alasan pemerintah memutuskan membeli MA-60, yang tidak memperoleh sertifikasi FAA, dibanding N 250 buatan anak negeri yang akan mendapat sertifikasi FAA.
FAA merupakan lembaga sertifikasi pesawat milik Amerika Serikat. Pesawat MA-60 hanya memiliki sertifikasi dari badan sertifikasi China dan Direktorat Kelaikan Udara dan Pengoperasian Pesawat Udara milik Indonesia.
Jika pemerintah tidak memberikan penjelasan mengenai alsan di balik pembelian pesawat MA-60 buatan China, DPR mengancam akan mendorong pembentukan panitia khusus atau Pansus. DPR mencium ada keterlibatan pihak asing dalam pembelian pesawat serupa milik Merpati yang beberapa waktu lalu menewaskan seluruh penumpangnya di Papua.