REPUBLIKA.CO.ID-Hubungan laiknya suami-istri di kalangan anggota NII dilakukan secara terorganisir. Pembina Komisi untuk orang hilang dan korban NII-Zaytun, Umar Abduh, mengungkapkan petinggi NII di Jakarta Selatan pernah memerintahkan sekretaris desa NII untuk mencari perempuan-perempuan cantik yang menjadi anggota NII.
Satu per satu mereka dipanggil menghadap mas'ul. Mereka 'dipancing' untuk mengakui dosa-dosa apa saja yang pernah diperbuat. Jika ada yang mengaku pernah berzina, maka akan ditanya lebih lanjut apakah orang tua mengetahui dosa itu. Anggota biasanya menyatakan perzinahan itu tidak diketahui, dan mereka sangat memohon agar pengakuan mereka tidak diketahui ayah ataupun ibu mereka.
Mas'ul kemudian memanfaatkan pengakuan itu untuk menyetubuhi wanita NII tersebut hingga berkali-kali. Jika si perempuan menolak, maka akan diancam pengakuan mereka akan diberitahukan kepada orang tua. Mereka takut akan hal itu, sehingga merelakan dirinya disetubuhi para pengurus NII.
Mereka yang 'menikmati' itu mulai sekretaris desa hingga camat. Ada sebagian wanita yang disetubuhi si penyeleksi. Ada juga yang khusus dihadiahkan kepada pengurus dengan jabatan lebih tinggi. "Mereka cantik-cantik," ungkap Umar. Berbeda dengan wanita dengan paras biasa-biasa saja, hanya diminta untuk menghimpun dana, bagaimanapun caranya.
Setelah disetubuhi, wanita anggota NII itu akhirnya terus fanatik terhadap keyakinannya. Negara dianggap sebagai Tuhan, dan pemerintah NII dianggap sebagai rasul yang dapat berbuat semena-mena terhadap anggotanya.