REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Dewan Pembina The Habibie Center Muladi mengatakan ada kesenjangan antara Presiden dan para menterinya. Ia menilai para menteri saat ini terkesan hanya memenuhi tugas-tugas formalnya saja.
"Presidennya sudah jauh ke depan menurut perhitungan lingkungan strategis ini, tetapi menteri-menterinya yang penting APBN-nya jalanlah, bisa dikatakan asal tugas-tugas formal selesai, itu tidak benar," katanya di Jakarta, Rabu.
Ia mengatakan, sebagai pembantu presiden para menteri seharusnya menjadi garda depan dalam mewujudkan gagasan presiden dan berusaha mengimplementasikan hal itu.
Menurut dia, kinerja para menteri juga terkesan kurang terkoordinasi dan berjalan sendiri-sendiri. Untuk itu, peran menteri koordinasi harus diperkuat.
"Saya kira peranan menteri koordinator menjadi lebih penting untuk menjadi pengawas dari presiden bahwa kerja-kerja menteri itu maksimal," katanya.
Menurut dia, 'retreat' atau rapat kerja penting diselenggarakan oleh Presiden dapat menjadi panduan bagi para menteri sekaligus mengevaluasi apa yang telah dilaksanakan.
Ia menambahkan, Presiden juga perlu juru bicara kabinet yang akan menyampaikan hasil-hasil sidang kabinet kepada masyarakat melalui media.
Menurut dia, Presiden sebaiknya hanya menyampaikan kepada media terkait dengan hal-hal yang dirasa sangat penting untuk disampaikan. "Saya kadang-kadang kasihan pada Presiden. Sekarang itu, kalau sidang kabinet selesai beliau tampil sendiri," ujarnya.
"Saya menggambarkan betapa lelahnya Presiden, harusnya muncul satu menteri yang menjadi juru bicara kabinet. Begitu sidang kabinet rampung dia yang tampil," imbuhnya. Kecuali kata Muladi, untuk urusan yang sangat penting Presiden baru tampil. "Pasalnya ketika presiden bicara, orang yang tidak suka akan menggunakan amunisinya, jadi presiden harus irit bicara," katanya.