REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Bencana gempa bumi dan tsunami di Jepang, yang disusul dengan krisis nuklir berupa bocornya radiasi dari PLTN, yang melanda bagian utara Jepang tidak mempengaruhi kerja sama penempatan tenaga kerja Indonesia di Jepang. Sebanyak 103 tenaga kerja, yang terdiri atas 47 perawat dan 57 careworker, memulai pelatihan bahasa Jepang selama tiga bulan pada Selasa (22/3).
Deputi Bidang Penempatan Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI), Ade Adam Noch, mengatakan penempatan tenaga kerja untuk perawat dan careworker adalah program kerja sama goverment to goverment. ''Ini adalah kesempatan baik bagi nurse dan careworker untuk alih pengetahuan dan ketrampilan,'' tutur dia usai membuka pelatihan bahasa Jepang di Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Bahasa Jakarta, Selasa (22/3).
Mengenai keberangkatan mereka ke Jepang, Ade mengatakan pemerintah Indonesia (BNP2TKI) dan Pemerintah Jepang akan selalu memantau perkembangan situasi, terutama di perfektur yang terkena dampak langsung dari bencana.
“Penempatan di perfektur yang terkena dampak pun akan dilihat lebih lanjut, jika tidak memungkinkan pemerintah Jepang dan Indonesia sepakat untuk menunggu perkembangan lebih baik,” katanya. Perfektur yang terkena dampak meliputi Fukushima, Miyagi, Iwate, Aomori, Ibaraki, Yamagat dan Akita. Ia mengatakan kerja sama ini sudah memasuki tahun keempat.