REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG - Ahli energi, Lilo Sunaryo mengatakan bahwa Indonesia harus belajar dari musibah di Jepang dengan meninjau ulang keinginan menggunakan energi nuklir dengan membangun pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN). "Indonesia harus belajar dari musibah nuklir di Jepang. Jepang yang memiliki disiplin tinggi dan teknologi canggih saja kewalahan. Apalagi Indonesia yang belum punya pengalaman," kata Lilo Sunaryo yang juga menjadi Koordinator Masyarakat Reksa Bumi ini, dihubungi dari Semarang, Jumat (18/3).
Bahkan, lanjut Lilo, negara maju lainnya juga sudah mulai meninggalkan PLTN dan sebagian lain melakukan peninjauan ulang pembangunan PLTN. Oleh karena itu, Indonesia seharusnya sudah tidak memerlukan PLTN. Menurut Lilo, PLTN merupakan teknologi yang belum tuntas, karena selain menghasilkan listrik juga menghasilkan zat yang berbahaya yang dapat mengakibatkan kanker dan penyakit lainnya. Zat yang dihasilkan selain listrik tidak bisa dimanfaatkan kecuali untuk bom atom.
"Saat ini dunia tidak dalam situasi perang dingin. Oleh karena itu, penggunaan energi alternatif lain harus
dimaksimalkan," katanya.
Sejumlah energi alternatif tersebut seperti energi surya, angin, panas bumi, gelombang tinggi, arus laut, dan limbah pertanian (jerami). Energi alternatif tidak akan habis karena selalu disiapkan alam. Begitu juga dengan energi limbah pertanian akan selalu ada, selama masyarakat masih mengkonsumsi beras. Sementara sumber energi seperti minyak, gas, batu bara, dan uranium pasti habis jika selalu ditambang.
Di Indonesia, lanjut Lilo, penggunaan energi alternatif belum banyak, baru 0,5 mega watt. Di Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Direktorat Jenderal Energi Alternatif juga baru dibentuk akhir 2010. "Penggunaan energi alternatif masih skala kecil, seperti penggunaan pembangkit listrik tenaga air (PLTA) dan panas bumi. Negara kita yang merupakan kepulauan, seharusnya setiap pulau harus mandiri menggunakan energi alternatif," katanya.
Lilo menegaskan bahwa Indonesia tidak perlu hidup dengan risiko tinggi dengan menggunakan energi PLTN.
"PLTN hanya menguntungkan pabrik, tidak untuk rakyat," demikian Lilo Sunaryo menandaskan.