Selasa 15 Mar 2011 21:59 WIB

PSLH UGM: Pemerintah Harus Kaji Ulang PLTN

REPUBLIKA.CO.ID,YOGYAKARTA--Pemerintah harus mengkaji ulang rencana pembangunan pembangkit listrik tenaga nuklir di Indonesia, karena pembangkit tersebut tidak aman, kata Kepala Pusat Studi Lingkungan Hidup Universitas Gadjah Mada Yogyakarta Hari Kusnanto. "Pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) terbukti tidak aman, dengan terjadinya kontaminasi radiasi nuklir akibat meledaknya reaktor nuklir pembangkit listrik di Jepang, pascagempa bumi dan tsunami di negara itu," katanya di Yogyakarta, Selasa.

Menurut dia, keinginan pemerintah tetap menggunakan energi nuklir sebagai pembangkit listrik perlu dipertanyakan, karena Indonesia secara wilayah sama dengan Jepang yang berada di daerah cincin api ("ring of fire"), sehingga rentan bencana gempa bumi dan tsunami. "Orang-orang di tempat mana pun akan cenderung was-was terkait nuklir, karena dampaknya yang sedemikian besar," katanya.

Ia mengatakan, energi nuklir di Indonesia tidak cocok untuk situasi kepulauan, karena membutuhkan kekuatan yang terlalu tinggi dan biaya distribusi energi ke seluruh Indonesia menjadi terlalu mahal, karena harus didistribusikan melalui penyeberangan laut. "Sebenarnya wilayah Indonesia kaya sumber energi alternatif yang dinilai lebih tepat dibandingkan dengan nuklir, di antaranya adalah geothermal atau energi panas bumi, meskipun saat ini kapasitas geothermal Indonesia masih di bawah Filipina sebesar 2.000 megawatt," katanya.

Namun, jika ke depan kapasitas energi geothermal mampu ditingkatkan menjadi 4.000 megawatt, Indonesia akan menjadi negara nomor satu di dunia dalam energi geothermal. Ke depan diharapkan ada investor yang membiayai proyek geothermal di Indonesia.

Selain energi geothermal, menurut dia, Indonesia juga kaya potensi tenaga surya dan air yang bisa dimanfaatkan sebagai pembangkit tenaga listrik, bahkan Direktur Utama PLN Dahlan Iskan telah membuktikan sekitar lima pulau di Indonesia potensial untuk dikembangkan energi surya sebagai pembangkit listrik.

"Tenaga surya cukup bersih, ramah lingkungan, dan dinilai lebih sesuai dengan kondisi Indonesia. Namun, kendala pengembangan energi alternatif terletak pada kebutuhan biaya yang cukup besar," katanya.

sumber : antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement