REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Wakil Ketua Komisi III DPR RI, Fahri Hamzah, menilai pembentukan Detasemen Anti Anarkisme yang digagar Mabes Polri tidak diperlukan. Kepolisian seharusnya lebih memperkuat sisi intelejennya.
"Jangan kayak sekarang. Ada kejadian yang sudah diketahui empat hari sebelumnya, tapi kontra intelejennya tidak
dilakukan," kata Fahri saat dihubungi Republika, Rabu (02/03).
Hal itulah, lanjut dia, yang terjadi di Cikeusik, Pandeglang, Banten beberapa waktu yang lalu, dimana warga Ahmadiyah diserang. Jadi, Semua sudah terlanjur rusak.
Lebih lanjut Fahri mengatakan jika detasemen ini benar-benar akan dibentuk. Dia khawatir justru kepolisian akan membentuk detasemen-detasemen yang lain.
"Nanti ikut-ikutan semua. Ada detasemn penggusuran, karena penggusuran itu penyebab dari kerusuhan. Nanti ada lagi detasemen kampus, karena sering ada perkelahian di kampus," ujarnya.
Menurutnya, anarkisme yang terjadi di masyarakat itu sebenarnya karena kerja intelejen kepolisian yang tidak benar dan tidak disiplin. "Kalau intelejen kuat, sehingga kemudian ada tindakan yang berpotensi anarki dan mengganggu kepentingan publik ada langkah kontra intelejan, di redam lebih dulu," kata Fahri.