Selasa 01 Mar 2011 00:55 WIB

Erick Thohir Luncurkan Buku 'Pers Indonesia di Mata Saya'

Rep: agung sasongko/ Red: irf
Dirut Beyond Media, Erick Thohir membagikan buku kepada para tokoh
Foto: republika
Dirut Beyond Media, Erick Thohir membagikan buku kepada para tokoh

REPUBLIKA.CO.ID, REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Pendiri Beyond Media, kelompok usaha yang membawahi sejumlah perusahaan yang bergerak dibidang media dan entertaiment, Erick Thohir, meluncurkan buku karya dirinya yang berjudul "Pers Indonesia di Mata Saya". Buku ini secara resmi diperkenalkan bersamaan dengan Gathering Beyond Media 2011 yang berlangsung di Balai Sarbini, Jakarta, Senin (27/2).

Peluncuran buku itu secara resmi dihadiri Ayahanda Erick Thohir, Teddy Thohir; mantan menteri koperasi, Adi Sasono; mantan gubernur DKI Jakarta, Sutiyoso; Pemimpin Redaksi TvOne, Karni Ilyas; dan sejumlah tokoh lainnya. "Sesuai namanya, buku ini berisikan pemikiran dan pengalaman saya ketika berkecimpung di industri media. Buku itu tidak bermaksud menggurui," papar Erick Thohir dalam sambutannya.

Pemimpin Redaksi TvOne, Karni Ilyas menilai sudah dua hal yang mengejutkan dirinya terkait dengan Erick Thohir. Pertama ketika dirinya membeli Republika, koran komunitas Muslim.  "Kok, ada anak muda yang beli Republika," komentar Karni Ilyas prihal kemunculan Erick Thohir dalam industri media.

Menurut Karni, dunia media bukanlah industri yang mudah bagi pendatang baru. "Ini dunia gila,". Menurut dia, industri media itu keras. Banyak kelompok, kepentingan dan kekuatan yang harus dijembatani." Dan Erick sebagai anak muda berani masuk ke situ. Dia bukan sosok yang main-main. Dia sangat serius," puji Karni.

Kejutan kedua, kata Karni, beberapa minggu lalu dia menghampiri dirinya. "Bang jangan ke mana-mana yah, saya mau bikin buku,". Karni sempat bayangkan buku ini akan memaparkan secara bisnis, tapi nyatanya dia juga membahas idealisme media tadi.

Bedanya, menurut Karni, idealisme media bukan sekadar demi kepentingan publik tapi idealisme media itu sebuah perjuangan. "Dan hal itu  begitu ditangkap oleh Erick, itu tidaklah berlawanan dengan industri media tetapi justru dapat beriringan. Yang pasti, kepentingan jurnalistik tak boleh dilanggar oleh dua kepentingan itu. Karena bila itu dilakukan maka media yang bersangkutan akan ditinggalkan stakeholdernya," papar Karni.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement