REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Pemerintah menyiapkan dua opsi untuk mengevakuasi WNI di Libya. Setidaknya terdapat 870 WNI di negara tersebut. Menteri Koordinator Polhukam, Djoko Suyanto, mengatakan opsi pertama adalah dengan mengevakuasi WNI ke Yordania bila keadaan di Tripoli sudah mendesak. “Kalau dalam waktu dekat terjadi eskalasi di Libya dan keadaan memaksa harus cepat, kita akan evakuasi WNI ke Yordania dulu karena kalau kesana dalam satu hari bisa bolak balik 3-4 kali,” kata Djoko, usai rapat koordinasi di Kemenkopolhukam, Kamis (24/2).
Ia menambahkan bila keadaan mendesak harus evakuasi, ada perusahaan Indonesia yang memperoleh kontrak di Libya telah mencarter pesawat berkapasitas 230 orang. Pesawat carteran itu yang akan dimanfaatkan untuk evakuasi WNI ke tempat aman bila kondisi sudah tidak aman di Libya.
Sementara, opsi kedua adalah dengan mengevakuasi langsung WNI ke Indonesia dengan transit di Jeddah atau Kairo untuk mengisi bahan bakar. “ Yang kita harapkan bisa melakukan opsi kedua seperti di Mesir dengan boeing747 seri 400 bisa di Jeddah isi bahan bakar lalu ke Indonesia,” ujar Djoko.
Ia mengakui pihaknya mengalami kesulitan menjalin komunikasi dengan Kedubes Libya, berbeda halnya dengan di Mesir. Kondisi di Libya juga lebih rumit dari Mesir. Untuk itu malam ini pemerintah akan mengirim empat orang staf Kemenlu untuk memperkuat staf KBRI di Libya dan membawa alat komunikasi.
Selain itu, sejumlah staf KBRI dari Mesir, Tunisia dan Yordania juga akan diperbantukan untuk proses evakuasi. Tim yang menangani evakuasi Mesir pun akan dialihkan ke Libya untuk melakukan evakuasi WNI. Pertimbangannya tim tersebut telah berpengalaman saat mengevakuasi WNI di Mesir dan untuk mempercepat evakuasi karena tak perlu membuat task force baru.
Menurutnya, tidak ada kata terlambat untuk mengevakuasi WNI. Pemerintah pun responsif selalu mencermati perkembangan dinamika politik di Libya dan meminta satgas evakuasi bekerja secepat mungkin. “Namun itu akan tergantung dari kesiapan di Libya karena untuk mengumpulkan WNI di Tripoli sulit karena mereka tersebar, karena itu nanti akan dibantu transportasi dengan bus kecil,” tukas Djoko. Teknis evakuasi nantinya akan diperdalam oleh satgas.
Menanggapi kekhawatiran pesawat tempur Libya akan menyerang pesawat reguler untuk evakuasi, Djoko menuturkan indikasi tersebut tak terlihat. “Info dari Dubes di Libya, pesawat reguler masih jalan baik dari Aljazair maupun Tunisia, jadi bandara masih jadi tempat yang aman. TNI masih terlibat karena untuk penyelamatan WNI, tidak sampai siapkan pesawat tempur,” jelas Djoko. Dinamika politik Libya yang biasanya terjadi di malam hari, paparnya, menjadi keuntungan untuk proses evakuasi di siang hari.
Setidaknya terdapat 870 WNI di Libya terdiri dari mahasiswa, pekerja di sektor pertambangan, infrastruktur, TKI dan TKW sebagai pembantu rumah tangga baik di rumah warga maupun istana milik Khadafi. Pemerintah pun akan segera mengkonfirmasi WNI yang ingin evakuasi ke tanah air, karena ada sejumlah mahasiswa yang ingin tetap berada di Libya karena menilai kawasan universitas tempat mereka menimba ilmu cukup aman. “Kondisi Libya lebih complicated dari Mesir karena itu kita tugaskan Menlu dan Dubes untuk proaktif menghimpun WNI di Libya,” kata Djoko.
Ketua Satgas Evakuasi WNI di Libya, Hassan Wirajuda, memperkirakan evakuasi Libya akan lebih sulit dari Mesir karena adanya gangguan komunikasi dan tersebarnya WNI di Libya. “Selain itu di Mesir warganya jauh lebih banyak jadi untuk menampung 400 orang di satu pesawat lebih gampang dan bisa langsung berangkat, sedangkan Libya dengan 870 WNI dan tersebar kita harus jeli betul,” jelas Hassan. Pasalnya terdapat pula delapan WNI yang bekerja di kediaman Khadafi.
Kendati di tengah sulitnya komunikasi, tambah Hassan, sepanjang pemerintah bisa menjangkau WNI, maka epmerintah akan segera mengevakuasi WNI. “Sepanjang transportasi ke airport memungkinkan dan pesawat carter tersedia, kita harapkan evakuasi selesai dalam satu minggu,” tandas Hassan.
Ia menuturkan evakuasi yang akan didahulukan adalah karyawan Wijaya Karya (Wika) berjumlah 250 orang yang sedang mengerjakan konstruksi mal lima kilometer dari Tripoli. Pasalnya Wika telah menyiapkan pesawat sewaan untuk mengevakuasi karyawannya yang memang telah berada di satu tempat, yaitu di Qurji Investment Complex.
Terkait keinginan sejumlah mahasiswa yang ingin tinggal di Libya karena memperoleh jaminan keamanan dari universitasnya, ujar Hassan, pemerintah akan meminta Dubes untuk memastikan apakah keadaan. Sementara, ada pula perusahaan minyak dan gas bumi di Libya yang telah mengambil inisiatif mengevakuasi karyawannya, termasuk WNI yang bekerja di perusahaan itu.
Pemerintah pun, tambahnya, akan terus mengevaluasi kondisi politik di Libya. Saat ini belum ada korban WNI yang jatuh di Libya. Evakuasi WNI di Libya pun akan sama dengan Mesir, yaitu memulangkan WNI hingga ke tempat asal.