Kamis 10 Feb 2011 09:32 WIB

AS Prihatin Insiden Ahmadiyah & Temanggung Terjadi

Sejumlah kendaraan di tempat parkir gereja Pantekosta Temanggung dibakar massa dalam kerusuhan menyusul sidang vonis kasus penistaan agama, Selasa (8/2).
Foto: Antara
Sejumlah kendaraan di tempat parkir gereja Pantekosta Temanggung dibakar massa dalam kerusuhan menyusul sidang vonis kasus penistaan agama, Selasa (8/2).

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK - Pemerintah Amerika Serikat menyesalkan terjadinya insiden yang menimpa anggota kelompok Ahmadiyah di Cikeusik, Pandeglang, Banten, dan perusakan gereja di Temanggung, Jawa Tengah. Departemen Luar Negeri AS, Rabu (9/2), juga mengungkapkan keprihatinannya terhadap aksi anarkis itu.

"AS sangat prihatin terhadap kekerasan massa di Indonesia yang ditujukan kepada para anggota masyarakat Ahmadiyah akhir pekan lalu hingga menyebabkan tiga orang meninggal dan sejumlah orang lainnya luka-luka," kata juru bicara Deplu AS Philip J. Crowley dalam pernyataan pers di Washington, DC.

Amerika, ujarnya, juga mengamati dengan rasa prihatin terjadinya pembakaran gereja baru-baru ini di Jawa

Tengah. "Bersama-sama dengan sebagian besar rakyat Indonesia, kami menyesalkan adanya aksi-aksi kekerasan tersebut," kata Crowley.

Deplu AS juga menyiratkan harapannya Indonesia benar-benar dapat menegakkan hukum dengan mengadili para pelaku kekerasan tersebut. "Pernyataan Presiden Yudhoyono bahwa Pemerintah Indonesia akan mengambil tindakan tegas terhadap para pelaku kekerasan, menggarisbawahi komitmen Indonesia terhadap aturan hukum dan perlindungan terhadap hak-hak bagi semua kalangan masyarakat," kata Crowley.

Sebelumnya seperti dilaporkan dari London, organisasi internasional yang memperjuangkan hak asasi manusia, Amnesty Internasional, meminta Pemerintah Indonesia untuk menyelidiki pembunuhan terhadap anggota Ahmadiyah maupun penyerangan terhadap tempat-tempat ibadah serta rumah mereka.

"Serangan-serangan brutal yang dialami para pengikut Ahmadiyah menunjukkan kegagalan pemerintah dalam

melindungi penganut minoritas dari serangan-serangan maupun dalam menangkap dan menahan para pelaku," kata Direktur Amnesty International untuk Asia-Pasifik Donna Guest.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement