REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG - Badan Geologi meningkatkan kerja sama dengan Jerman dalam pengembangan dan optimalisasi pemetaan risiko bencana di Indonesia, terutama di kawasan rawan bencana. "Kerja sama dengan Jerman ini sudah memasuki fase ke-3 dan dengan fokus pada penguatan pemetaan dan mitigasi bencana. terutama dalam mendorong penanganan tata ruang," kata Sekretaris Badan Geologi, Yun Yunus Kusumabrata, di sela-sela "Workshop Georisk Project" di Bandung, Selasa (25/1).
Workshop pemetaan dan mitigasi risiko bencana geologi di Indonesia yang diikuti sejumlah pemangku kepentingan dalam mitigasi bencana. Hadir pula Tim Leader Georisk Project Mathias Dorn dan Kepala Kerjasama Pembangunan Kedutaan Jerman Andreas Buckermman. Kegiatan yang digelar di kawasan Lembang Kabupaten Bandung Barat itu merupakan kerja sama Badan Geologi dengan Institute for Geosciences and Natural Resources (BGR) Federasi Jerman dalam pengembangan proyek Mitigasi Bencana Geologi.
Program itu bertujuan mengembangkan dan menguji metodologi praktis risiko geologi serta mendukung implementasi temuan-temuan strategis mitigasi resiko geologi itu di tingkat nasional, provinsi hingga tingkat daerah untuk jangka panjang dan jangka pendek. "Kerja sama ini sudah memasuki tahapan yang lebih intensif lagi, selama tujuh tahun kita sudah menyelesaikan tahap I dan II," kata Yunus.
Sementara itu, Kepala Tim Georisk Project Mathias Dorn menyebutkan, kerja sama itu untuk memperkuat peranan Badan Geologi terutama dalam memasok data dan memastikan pencapaian project tidak hanya di tataran nasional namun juga hingga ke tataran daerah. "Tata ruang kunci dari penanggulangan resiko bencana, pengurangan resiko bencana hanya bisa dilakukan dengan tata ruang yang baik," kata Mathias Dorn.
Mathias menyebutkan pentingnya tata ruang bagi Indonesia. Ia menyebutkan peranan pemerintah Indonesia cukup besar memberikan perhatian kepada sektor tata ruang. "Pemerintah Indonesia ada kemauan yang kuat dalam penanganan tata ruang, dan kami membantu untuk merealisasikan program mitigasi risiko geologi," katanya.
Ia menyebutkan, program Georick awalnya fokus di Axeh. namun kemudian berkembang ke daerah lain seperti Jateng dan Banten Yogyakarta. Ke depan tim itu juga akan melebarkan pengembangan programnya ke Lombok.
Sementara, Sekretaris Badan Geologi, Yan Yunus menyebutkan kerja sama di tahap ketiga ini berbeda dengan dua tahap sebelumnya, salah satunya penguatan kapasitas pembangunan dan pengembangan program yang lebih operasional termasuk menyiapkan infrastruktur data base. "Program ini sepenuhnya diarahkan untuk program pro-rakyat," kata Yan Yunus.
Sedangkan, Kepala Bidang Kerjasama Pembangunan Kedutaan Jerman, Andreas Buckermman menyebutkan komitmen pemerintah Jerman untuk membantu Indonesia dalam beberapa proyek geologi termasuk georisk. Bahkan pada 2010, Jerman mengalokasikan bantuan sebesar 350 juta dolar AS untuk membantu proyek geologi di Indonesia.
"Kami juga akan membantu proyek pengembangan potensi geothermal, rencananya membangun pembangkit listrik geothermal di Aceh dan Sulawesi Utara," kata Andreas Buckermman.