REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA-TNI berkomitmen untuk memperbanyak Kapal Republik Indonesia (KRI) produksi dalam negeri. Hal itu dilakukan bertahap melalui transfer teknologi dari negara-negara produsen kapal perang.
Melalui langkah tersebut diharapkan tidak ada lagi ketergantungan kepada negara asing dalam pembuatan alat utama sistem persenjataan (alutsista), khususnya di bidang maritim.
"Kami sudah commit semua harus produksi dalam negeri," kata Kepala Pusat Penerangan TNI Laksamana Muda (TNI) Iskandar Sitompul, di atas KRI Banjarmasin-592 dalam perjalanan menuju Kepulauan Seribu dari Markas Komando Lintas Laut Militer (Kolinlamil) Tanjung Priok, Ahad (16/1).
KRI Banjarmasin merupakan KRI produksi dalam negeri yang baru selesai dibuat pada 2009. Iskandar menambahkan, saat ini TNI sedang fokus terhadap proses transfer teknologi dari negara-negara produsen alutsista.
Menurut dia, saat ini semakin banyak alutsista TNI yang diproduksi oleh BUMN. Dia mencontohkan, BUMN bidang perkapalan, PT PAL, saat ini sedang mengerjakan pesanan pembuatan KRI dari TNI. Iskandar mengatakan, beberapa hari lalu sudah ada pertemuan antara Panglima TNI Laksamana (TNI) Agus Suhartono dengan pimpinan PT PAL agar proses pembuatan kapal bisa tepat waktu.
KRI Banjarmasin merupakan kapal produksi dalam negeri yang bisa digunakan untuk kepentingan penanganan bencana alam. KRI Banjarmasin ini memakan anggaran dari APBN sebesar Rp 360 miliar. Satu kapal sejenis saat ini masih dibuat di PT PAL. KRI Banjarmasin merupakan kapal Landing Platform Deck (LPD) untuk pergeseran dan alat angkut kendaraan dan peralatan militer.
KRI Banjarmasin dibuat di galangan kapal PT PAL dengan pengawasan tenaga ahli dan peralatan dari Dae Sun Shipbuilding. Dua kapal sebelumnya, yakni KRI Makassar-590 dan KRI Surabaya-591 langsung dikerjakan di Korea Selatan. KRI Banjarmasin masuk ke jajaran Kolinlamil mulai 22 Desember 2010 lalu. Pembuatan KRI Banjarmasin adalah proses transfer teknologi.