REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Bencana alam dan politik seperti Merapi meletus, banjir bandang Wasior, dan kasus Gayus Tambunan membutuhkan kepemimpinan yang memiliki integritas tinggi. Ukuran interitas yang dimaksud adalah kualitas, kondisi, keadaan, konsep, nilai yang digunakan pemimpin sebagai konsep dasar dan makna praktis.
"Integritas dapat dipandang sebagai sokoguru yang selalu kokoh menghadapi apapun dan sanggup menyelesaikan persoalan meski tidak mengesampingkan segala hal tidaklah sempurna," papar Nathan Setiabudi, Mantan Ketua Persekutuan Gereja-gereja Indonesia (PGI, yang juga sekretaris Gerakan Integritas Nasional (GIN) ketika berbicara dalam diskusi kebangsaan dan Peluncuran GIN yang berlangsung di Gedung Stovia, Museum Kebangkitan Nasional, Jakarta (11/1).
Menurut dia, ketika integritas menjadi retak adalah tugas semua pihak yang berkomitmen moral untuk mengkontruksi kembali integritas itu dimana retak. "Dalam kaitan ini, kepemimpinan adalah komitmen moral untuk menjaga integritas pada semua level dan fase dalam kehidupan bersama," paparnya.
Dia mencontohkan, bencana alam dan politik menguji integritas serta membutuhkan kepemimpinan yang mampu membuat kebijakan yang tepat mengenai keseimbangan strategis di antara kesejahteraan, keadilan sosial dan keberlangsungan kebijakan yang berintegritas pro rakyat."Kondisi yang ada justru mengalihkan masalah ke masalah yang lain," imbuhnya.