REPUBLIKA.CO.ID, Peneliti politik J Kristiadi mengatakan, hasil survei yang memperlihatkan penurunan popularitas Presiden SBY cocok dengan realita yang ada. "Pasti menurun (tingkat kepuasan) pemerintah SBY," kata Kris, sapaan akrabnya, Kamis (6/1).
Menurut dia, hal itu bisa bermula ketika munculnya kasus Bank Century, dimana di dalam pemerintahan saling bermusuhan. "Ini sebetulnya sepanjang 2010, menurut saya, tidak pemerintahan yang betul-betul melakukan tugas dengan baik," katanya.
Dia mengatakan, saat ini koalisi pemerintah sebenarnya tidak memiliki dasar fundamennya yang menjadi alasan untuk berkoalisi. Melainkan hanya kumpulan orang-orang yang ingin berkuasa saja.
Dia mengatakan, saat ini memang sudah ada konsolidasi kekuasaan, namun tidak bisa berbuat apa-apa. Hal itu karena konsolidasi itu untuk mendapat kekuasaan saja. "Kalau Presiden memberikan instruksi, instruksi apa sih yang bisa dijalankan," kata Kris bertanya.
Di pusat pemerintahan, kata dia, bisa terjadi saling sandera atas dasar kepentingan masing-masing.
Kepuasan terhadap Presiden = puas (63 persen), tidak puas (35 persen), tidak tahu/jawab (2 persen)
Tingkat kepuasan menurut tingkat pendidikan = SD (65 persen), SLTP (60 persen), SLTA (62 persen), kuliah (51 persen)
Tingkat kepuasan menurut wilayah = Sumatera (67 persen), Jawa Bali (59 persen), Kalimantan (70 persen), Sulawesi (64 persen), Indonesia Timur (79 persen)
Tingkat kepuasan menurut desa kota = desa (66 persen), kota (58 persen)
Tingkat kepuasan menurut pilihan partai = Hanura (66 persen), Gerindra (46 persen), PKS (48 persen), PAN (61 persen), PKB (57 persen), Golkar (63 persen), PPP (65 persen), PDIP (52 persen), Demokrat (79 persen)
Partai yang dipilih jika pemilu diadakan sekarang = Demokrat (21,4 persen), PDIP (14,1 persen), Golkar (12,7 persen), PKB (4,8 persen), PKS (4,6 persen), PPP (2,7 persen), Gerindra (2,4 persen), PAN (2,3 persen), Hanura (1,2 persen), lainnya (3,8 persen), tidak tahu/jawab (30,1 persen)