Kamis 06 Jan 2011 02:31 WIB

Wacana Koalisi Demokrat-PDIP Cuma "Tes" Belaka

Partai Demokrat dan PDIP
Foto: PEMILUINDONESIA
Partai Demokrat dan PDIP

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Pengamat politik dari Lembaga Survei Indonesia (LSI), Burhanuddin Muhtadi, menilai wacana koalisi antara Partai Demokrat dan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan hanya pengujian atau tes untuk melihat penerimaan publik.

"Wacana tersebut hanya untuk melihat seberapa jauh penerimaan masyarakat terhadap istri Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, Ani Yudhoyono bila dicalonkan menjadi presiden pada 2014 nanti," kata Burhanuddin, di Jakarta, Rabu (5/1).

Ia menilai isu yang dilemparkan oleh Ketua DPP Partai Demokrat Ruhut Sitompul, bahwa Ani Yudhoyono akan berpasangan dengan Puan Maharani sebagai calon presiden pada 2014 nanti merupakan simulasi yang aneh.

"Tidak mungkin ada yang pilih bila dua wanita berpasangan maju sebagai calon presiden dan wakil presiden. Mereka tidak akan mau ambil risiko karena tidak akan seksi ," katanya. Ia menambahkan isu itu hanya manuver Ruhut Sitompul untuk mendapatkan simpati dari Cikeas(keluarga SBY) .

Burhan memandang masyarakat juga tidak akan menanggapi serius isu yang dilontarkan oleh Ruhut tersebut karena hanya sekadar wacana saja.

Lagi pula  muncul juga wacana pasangan Ani Yudhoyono dan Hatta Radjasa sebagai kandidat calon presiden dan calon wakil presiden untuk Pemilu 2014. Setelah itu juga muncul wacana pasangan Ani Yudhoyono dan Aburizal Bakrie.

Pengamat politik Charta Politika Yunarto Wijaya, pernah mengatakan, saat ini Partai Demokrat dalam kegamangan karena ketergantungan terhadap sosok SBY. Pasalnya 2014, SBY tidak mungkin lagi mencalonkan diri sebagai presiden.

Oleh karena itu wacana perlu dilempar untuk 'test the water' seberapa jauh Ani Yudhoyono dapat diterima masyarakat. Menurut dia, isu Ani Yudhoyono akan berpasangan dengan PDIP memiliki daya tarik politik yang besar karena saat ini PDIP tetap konsisten untuk menjadi oposisi pemerintah dan bersatunya Partai Demokrat -PDIP tersebut hanya sekedar wacana. Sebab sulit menyatukan dua partai politik tersebut dalam satu koalisi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement