Kamis 16 Dec 2010 09:13 WIB

Wapres: Reformasi Birokrasi Adalah Lari Marathon

Rep: min/ Red: Krisman Purwoko

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA- Wakil Presiden Boediono menyebut reformasi birokrasi sebagai lari marathon. Yakni berlangsung untuk jangka panjang yakni 5-10 tahun bahkan satu generasi untuk meningkatkan pelayanan kepada publik.

“Jadi kita harus benar-benar menghemat energi, jangan dibuang-buang tetapi fokus dengan sasaran agar tepat. Dan konsistensi dari satu tahap ke tahap yang lain. Karena bisa terjadi kabinet sekarang lakukan sesuatu tapi kabinet yang akan datang melakukan hal yang lain lagi,” katanya saat memberikan sambutan di depan para penerima Piala Cipta Pelayanan Prima (CPP) di Istana Wapres, Rabu  (15/12).

Karena itulah, ia menyebutnya sebagai marathon, sebab muaranya panjang. Jadi, menurutnya, reformasi birokrasi ini bukan masa bakti satu kabinet saja. “Jadi Insya Allah nanti kita upayakan fondasi dari reformasi birokrasi yang kita upayakan berapa belas tahun 15 tahun kedepan, dan beberapa tahun ini kita letakkan agar mantap, dan nanti kabinet mendatang kita lanjutkan saja. Ini pekerjaan yang besar bagi kita semua,” tegasnya.

Karena itulah, Pemerintah juga akan segera melakukan survei tentang kepuasan pelayanan publik terhadap birokrasi baik di pusat maupun daerah. Publik adalah pihak yang paling bisa menilai tentang seberapa jauh kualitas pelayanan di sebuah instansi pemerintah.

Citra birokrasi yang bertele-tele dan ribet harus dihilangkan. "Pak Menpan sedang siapkan juga (survei), salah satu alat untuk memonitor kepuasan masyarakat yang merupakan sasaran pelayanan," kata Wapres.

Menurut Boediono, selain pelayanan terhadap publik, survei juga akan mengukur tiga hal lainnya. Pertama, seberapa jauh tingkat penyalahgunaan  wewenang atau korupsi dapat dikurangi di sebuah lembaga.

Kedua, apa saja output yang dihasilkan oleh aparatur pemerintah, misalnya kebijakan atau langkah-langkah yang diambil untuk kemajuan. Tim juga akan  menilai bagaimana proses pengambilan sebuah keputusan oleh lembaga yang disurvei. "Dan yang keempat adalah dari segi biaya atau cost efectiveness (efektifitas biaya). Dengan pelayanan yang sama, kalau lebih murah, itu namanya cost  efectiveness. Ini akan menjadi indikator juga," imbuh Boediono.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement