REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Puluhan massa yang menamakan dirinya Rakyat Miskin Surabaya (Raskin SBY) melakukan aksi damai di Jalan Gubernur Suryo, Surabaya, Senin (13/12), untuk menuntut Presiden SBY merealisasikan janjinya mengentaskan rakyat miskin di Indonesia.
Aksi tersebut dijaga petugas kepolisian dengan jumlah dua kali lipat dari peserta aksi yang bersenjatakan pentung dan tameng.
Aksi tersebut dilakukan untuk menyambut kedatangan SBY ke Surabaya dalam kunjungannya tiga hari, Senin-Rabu (13-15/12).
Mereka terdiri gabungan massa dari Gerakan Waria Indonesia (GWI), Organisasi Stren Kali (Orasek), Partai Rakyat Demokratik (PRD), Paguyuban Warga Stren Kali Surabaya (PWSS), Serikat Rakyat Miskin Indonesia (SRMI), dan Urban Poor Consortium (UPC).
Dalam aksi tersebut sempat terjadi ketegangan setelah Wakil Kepala Kepolisian Resor Kota Besar (Polrestabes) Surabaya, AKBP Tomsi Tohir meminta massa membubarkan diri sebab memacetkan jalan.
Koordinator lapangan Lutfi mengatakan bahwa pemerintah SBY terbukti telah gagal menyejahterakan rakyat Indonesia. Meski diakuinya pertumbuhan ekonomi meningkat, namun jumlah warga miskin juga semakin bertambah. "Karena yang menikmati pertumbuhan ekonomi bukan masyarakat, tapi Amerika Serikat. Karena perekonomian negeri ini dikuasai kapitalis," ujarnya.
Lutfi mempertanyakan maksud pemerintah yang menggunakan dana utang luar negeri dalam APBN 2010 sebesar Rp 95,1 triliun yang digunakan untuk pengentasan kemiskinan. Ia pun menyangsikan data yang diklaim pemerintah bahwa dari 240 juta penduduk Indonesia, angka kemiskinan turun hingga 13 persen.
Setelah puas melakukan aksi selama satu jam, para pendemo membubarkan diri setelah petugas mengingatkan bahwa waktu orasi sudah habis.