REPUBLIKA.CO.ID,
JAKARTA--Nyaris semua responden yang diambil dari warga Kamboja pernah menyogok pejabat publik maupun aparat hukum. Ini membuat Kamboja menempati peringkat pertama negara yang rakyatnya paling banyak memberi sogokan di kawasan Asia Pasifik.
Demikian hasil survei Transparency International (TI) yang dirilis Kamis (9/12) dalam rangka memperingati Hari Antikorupsi se-Dunia 2010. Sebanyak 84 persen dari responden asal Kamboja mengatakan mereka menyuap untuk mendapat pelayanan ke sejumlah sektor seperti partai politik, polisi, pebisnis, lembaga peradilan, DPR, birokrat pemerintah, lembaga pendidikan, media, dan lembaga keagamaan. Sebanyak 1.000 warga Kamboja dipilih menjadi responden oleh TI.
Di tempat kedua negara terkorup di Asia Pasifik adalah Afghanistan. Sebanyak 61 persen responden di Afghanistan mengatakan mereka pasti menyuap sesuatu ke aparat atau pejabat publik untuk mendapat akses kemudahan atau mempercepat proses.
Di mana Indonesia? Ternyata cukup jauh di bawah. Dari catatan TI, hanya 18 persen dari 1.000 responden asal Indonesia yang mengatakan pernah menyogok aparat maupun pejabat publik.
Ketua TI, Huguette Labelle, mengatakan secara demografis aktivitas suap menyuap ini sangat merugikan kaum muda dan orang miskin. Dalam survei TI sebelumnya didapat data bahwa masyarakat miskin ternyata membayar uang suap lebih besar ketimbang masyarakat kelas menengah dan menengah ke atas.
"Orang miskin harus menyuap dua kali lipat untuk mendapat akses kesehatan atau pendidikan ketimbang orang kaya," demikian Labelle. Ia menilai perilaku korupsi ini sudah menyerupai pajak tertentu bagi masyarakat miskin.
Sementara sepertiga responden yang berumumr di bawah 30 tahun mengatakan membayar suap dalam setahun terakhir. Sedangkan responden yang di atas 51 tahun hanya seperlima yang membayar suap dalam kurun waktu yang sama.