REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR--Ketua Dewan Penasihat Ikatan Cendekiawan Muslim se-Indonesia Prof. Dr. Jimly Asshiddiqie mengatakan, model presidium masih tetap yang paling ideal, khususnya untuk mencegah terjadinya politisasi dalam organisasi ini.
"Memang, ada kelemahannya dalam model ini, tapi sejauh dari orwil-orwil dan orsat-orsat tidak masalah, saya juga mendukung model ini," kata Jimly yang mantan ketua Mahkamah Konstitusi itu di Bogor, Senin (6/12).
Menurut Jimly, sejauh kepemimpinan di presidium tetap rukun, maka ICMI dengan model ini tetap bisa menjalankan program-program dan mencapai tujuan dari organisasi. Dengan model presidium diharapkan ICMI tidak didominasi oleh partai-partai politik tertentu. "Itu teorinya, tapi kan tetap juga ada kelemahan-kelemahannya," katanya.
Dalam pandangan umum dari organisasi-organisasi wilayah (orwil) dan organisasi satuan (orsat) ICMI yang mengikuti Muktamar V di IPB Internasional Convention Center, Bogor, Senin, umumnya peserta menginginkan model presidium tetap dipertahankan. Sebelumnya muncul wacana mengenai model kepemimpinan ICMI untuk periode lima tahun ke depan (2010-2015).
Ada yang ingin tetap dengan sistem sekarang, yakni presidium dengan lima ketua yang bergantian memimpin tiap tahun, dan yang ingin kembali seperti saat ICMI didirikan, yakni ada satu ketua umum. Selain itu ada usulan perpaduan antara dua model itu, yakni presidum dengan satu ketua presidum tetap.
Mengenai kandidat-kandidat calon pemimpin ICMI periode 2010-2015, Jimly menyatakan mendukung tokoh-tokoh muda seperti Ilham Habibie atau Priyo Budi Santoso. "Kami di dewan penasehat juga setuju ICMI dipegang oleh orang-orang muda," katanya.
Sementara itu menanggapi kemungkinan dirinya diminta duduk di presidium, Jimly mengatakan bahwa ia kurang tertarik dengan tawaran tersebut. "Saya kan sudah lama di ICMI, sudah pernah duduk di berbagai jabatan di ICMI, dan kini di dewan penasihat. Mungkin silakan yang lainnnya saja untuk duduk di presidium," ujar Jimly.
Namun jika nantinya di Muktamar ada perubahan dan model presidium tidak dipakai, Jimly menyatakan siap untuk jadi ketua umum. "Kalau jadi ketua umum boleh lah, tapi bukan berarti saya menentang model presidium. Semuanya terserah keputusan dalam muktamar," tambahnya.