REPUBLIKA.CO.ID, BOYOLALI--Balai Penyelidikan dan Pengembangan Kegunungapian (BPPTK) Yogyakarta, mengaktifkan kembali Pos Pengamantan Gunung Merapi di Desa Jrakah, Kecamatan Selo, Kabupaten Boyolali, setelah aliran listrik di kawasan itu menyala.
Petugas Pos Pengamatan Gunung Merapi Jrakah, Tri Mujianto, di Selo, Selasa, menjelaskan, petugas Pos Jrakah sempat ditarik ketika radius bahaya ancaman Merapi mencapai 20 kilometer. "Pos Jrakah ditarik dan ditempatkan di Pos Pengamatan Ketep yang relatif aman," kata Tri Mujianto.
Namun, pos kembali diaktifkan sejak radius bahaya dipersempit lima km dan listrik di kawasan tersebut mulai menyala, pada Sabtu (27/11). Meskipun, Pos Jrakah sudah diaktifkan, pengamatan hanya dapat dilakukan secara visual. Pasalnya alat komputer belum dapat difungsikan, sehingga data kegempaan tidak terdeteksi. Sejumlah petugas pengamatan dari sejumlah gunung berapi lain seperti Gunung Sundoro dan Tangkuban Perahu, juga diperbantukan di Pos Jrakah.
Ia menjelaskan, aktivitas Gunung Merapi yang terdata di BPPTK Yogyakarta, tercatat penurunan aktivitas. Hingga pukul 12.00 WIB, tidak tercatat gempa tremor maupun vulkanik. Gempa multifase juga sudah menurun drastis, hanya tercatat sebanyak empat kali. Begitu pula dengan jumlah guguran, hanya tercatat tujuh kali.
"Merapi tidak terjadi gempa tremor dan vulkanik, hingga pukul 12.00 WIB," katanya. Kendati demikian, BPPTK hingga saat ini belum mencabut status Merapi "awas", sehingga masyarakat tetap diminta waspada, khususnya yang berada di radius lima km dari puncak Merapi.
Warga terutama yang dekat dengan aliran sungai yang berhulu puncak Merapi, juga diminta waspada ancaman bencana lahar dingin mengingat curah hujan cukup tinggi di lereng Merapi. Hasil pengamatan oleh BPPTK menyebutkan endapan lahar terjadi di semua sungai yang berhulu di puncak Gunung Merapi, di antaranya, Kali Apu, Kali Woro, Kali Kuning, Kali Boyong, Kali Bedog, Kali Krasak, Kali Bebeng, Kali Sat, Kali Lamat, Kali Senowo, dan Kali Trising.