Selasa 23 Nov 2010 04:25 WIB

Imam Prasodjo: Perang Rokok Butuh Kerja Kolektif

Rep: Nashih Nashrullah/ Red: Krisman Purwoko

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Sosiolog Universitas Indonesia (UI), Imam Prasodjo meminta ormas keagamaan bersinergi dan bekerja kolektif melakukan gerakan perlawanan terhadap rokok. Sebab, upaya membendung penyebaran penggunaan rokok tidak mungkin dilakukan secara individual. Apalagi, kekuatan keuangan yang hampir tak ada batasnya serta profesionalitas tinggi membuat ekspansi perusahaan transnasional rokok tidak terbendung.

"Perbuatan merugikan mereka asosial, tidak beradab dan tak bertanggungjawab," ujar dia dalam dialog antaragama "Peran Organisasi Keagamaan Dalam Pengendalian Dampak Produk Tembakau", di Gedung PP Muhammadiyah, Senin (22/11).

Imam mengungkapkan, Indonesia menempati peringkat kelima negara dengan konsumsi tembakau tertinggi di dunia. Terjadi peningkatan siginifikan jumlah perokok. Tahun 1995 sebesar 27 persen, 31,5 persen (2001), dan 34,4 persen (2004). Berdasarkan jenis kelamin, pria dewasa adalah kelompok perokok tertinggi dengan jumlah sebesar 63,1 persen.

Sedangkan perokok perempuan sebanyak 4,5 persen meningkat jika dibandingkan tahun 2001 sebesar 1,3 persen. Bahkan tren menunjukkan anak-anak berusia 5-9 tahun mulai merokok. Peningkatannya mengkhawatirkan hingga 4 kali lipat yaitu 0,4 persen (2001) menjadi 1,8 persen.

Ironisnya, kata Imam, perusahaan rokok melakukan pembohongan melalui iklan dengan memberikan informasi tak utuh. Media yang digunakan pun cukup beragam dari olahraga, musik, sampai dunia pendidikan tak terkecuali universitas. Padahal, semestinya kampus-kampus tersebut menyuarakan antirokok bukan malah terbuka dengan iklan-iklan rokok.

Ke depan, langkah konkret yang bisa diambil oleh ormas keagaamaan termasuk Muhammadiyah ialah mengumpulkan para rektor kampus dan meminta agar turut serta berkampanye anti rokok. Selain itu, perlu dibuat segera iklan-iklan tandingan yang menyajikan edukasi dan informasi kepada masyarakat akan bahaya merokok. "Ketergantungan dan jejaring rokok Indonesia butuh jihad kolektif," tandas dia.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement