REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Kementerian Kesehatan mengirimkan konselor air susu ibu ke sejumlah lokasi pengungsian di Merapi untuk melayani konseling dan mensosialisasikan tentang pentingnya bayi mendapatkan ASI ekslusif. "Untuk tahap awal Kemenkes mengirimkan delapan orang konselor ASI di empat titik pengungsian yaitu Lembugrejo, Sumber Rejo, Catur Harjo, dan Rusmanda," demikian siaran pers Kemenkes yang diterima ANTARA, di Jakarta, Selasa.
Para konselor itu akan melayani konseling menyusui serta penyuluhan massal di 11 titik pengungsian dengan materi ASI, perilaku hidup bersih sehat (PHBS) dan Kesehatan Lingkungan. Sebelumnya, Menteri Kesehatan Endang Rahayu Sedyaningsih telah menghimbau para ibu menyusui untuk tetap menyusui bayinya dan tidak menggantinya dengan sus formula karena dinilai belum tentu aman.
Masalah higienitas menjadi salah satu faktor adanya himbauan tersebut selain memang telah terbukti bahwa kandungan ASI telah sempurna bagi bayi dan tidak tergantikan oleh susu formula. Adanya para konselor ASI diharapkan dapat memotivasi para ibu menyusui tersebut untuk tetap mempertahankan pemberian ASI ekslusif bagi bayi mereka.
Selain itu,para konselor juga bertugas untuk melakukan pemantauan bantuan susu formula dan logistik MP-ASI serta memobilisasi 85,5 ton MP-ASI ke Provinsi DIY, Kabupaten Sleman, Kabupaten Bantul, Kabupaten Gunung Kidul, Kabupaten Magelang, Kabupaten Boyolali, Kabupaten Klaten, posko utama pakem di Sleman, posko GOR Maguwoharjo, dan posko youth center.
Sementara itu, Kemenkes bekerjasama dengan Dinas Kesehatan Provinsi dan Kabupaten setempat terus melakukan pemantauan permasalahan kesehatan di lokasi bencana letusan gunung Merapi. Beberapa pos kesehatan telah didirikan sebagai upaya pelayanan kesehatan bagi pengungsi yaitu sebanyak 442 pos dengan rincian 80 pos di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dan 362 pos di Provinsi Jawa Tengah.
Sementara Posko Kementerian Kesehatan RI berada di Universitas Gajah Mada Yogyakarta. Kemenkes juga telah berkoordinasi dengan Dirut RSUP Dr. Sardjito dan menyepakati tentang penanganan korban luka bakar serta sistem pengambilan data korban yang di rawat di RS.
Sedangkan Badan Pengembangan dan Pemberdayaan SDM Kesehatan juga telah menyiapkan Poli Teknik Kesehatan (Poltekkes) untuk dimobilisasi dan menyiapkan tenaga D4 sebagai konselor jiwa di pengungsian, selanjutnya akan bergabung dengan Tim Kesehatan Jiwa. Bantuan lain yaitu Tim Kesehatan Litbang Kemenkes bersama BBTKL sedang menganalisis dampak debu vulkanis terhadap kesehatan.
Upaya kesehatan lainnya yang akan dilakukan di lokasi pengungsian antara lain melakukan promosi kesehatan, menjadwalkan pelaksanaan skrining status gizi balita dan ibu hamil tahap berikutnya. Juga melakukan vaksinasi Campak dengan 5000 sasaran di Provinsi DIY, melaksanakan rehabilitasi bagi pengungsi dengan mendirikan trauma center (psikologi) serta objek respon imunisasi campak, mempersiapkan RS lapangan Kemenkes dengan lokasi RS Jiwa Magelang, dan melakukan Surveilans penyakit Pes oleh Direktorat P2PL.
Hingga kini, Kementerian Kesehatan telah mengirimkan bantuan logistik berupa masker habis pakai sebanyak 428.000 buah, masker kain sebanyak 10 boks, MP-ASI sebanyak 16 ton, alat kesehatan dan obat-obatan untuk RSUP Dr. Sardjito, dan biaya operasional sebesar Rp500 juta.