REPUBLIKA.CO.ID,MAGELANG--Rencana relokasi bagi warga yang tinggal pada radius 5 kilometer dari puncak Gunung Merapi tak sepenuhnya disambut antusias warga yang bersangkutan. Meski jarak relokasi yang ditawarkan Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Tengah hanya berjarak 10 kilometer dari pemukiman mereka sekarang, warga mengaku masih pikir- pikir.
“Apakah pertanian di lokasi baru juga bisa sebagus lokasi yang lama saya juga tidak tahu. Kaami belum bisa memikirkannya,” ungkap Kaman (52), petani asal Desa Krinjing, Kecamatan Dukun, Kabupaten Magelang, Senin (15/11).
Kaman dan keluarganya yang kini mengungsi di Desa Banyuroto, Keamatan Sawangan mengakui, kawasan Keamatan Dukun yang berjarak paling dekat dengan puncak Merapi merupakan lahan yang subur bagi tanaman sayuran. Belum lagi dengan masalah kepemilikan lahan, apakah warga juga bisa mendapatkan luasan yang sama di lokasi yang baru.
Jika tidak, pasti warga juga akan keberatan. “Sepertinya memang mudah melakukan relokasi warga dengan alasan bahaya Merapi yang masih akan terjadi kembali. Tapi saya melihat pelaksanaannya sangat sulit,” imbuhnya.
Sementara itu, Pemprov Jawa Tengah terus menindaklanjuti wacana relokasi bagi warga lereng Gunung Merapi yang tinggal di radius bahaya 5 kilometer dari puncak Merapi. Bahkan Gubernur Jawa Tengah, H Bibit Waluyo meminta pendataan warga di zona bahaya ini bisa dipercepat meski aktivitas Gunung Merapi yang membahayakan masih terus berlanjut.
Proses pendataan penduduk lereng Gunung Merapi di radius 5 kilometer harus tetap dimulai, meski gunung berapi ini masih berstatus ‘Awas’. Menurutnya, penyusunan data sementara harus cepat. Sebab jika harus menunggu data riil lapangan terlalu lama,” ujarnya, usai rapat koordinasi dengan tiga pemerintah daerah di lereng Merapi.