REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Jumlah penderita penularan virus dan merapuhnya kekebalan tubuh (HIV/AIDS) di Kota Malang, Jawa Timur, pada tahun 2010 mengalami peningkatan cukup tajam, yakni mencapai 1.500 orang.
Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Malang, Enny Sekar Rengganingati, Ahad (14/11), mengakui bahwa peningkatan jumlah penderita dan yang terinveksi HIV/AIDS pada tahun ini (2010) cukup tinggi. Dari 900 orang penderita pada tahun 2009, saat ini sudah mencapai 1.500 orang.
"Jumlah 1.500 penderita ini yang terdeteksi melalui konseling atau klinik Voluntary Counselling and Testing for AIDS (VCT) yang ada di RSSA dan RSI Unisma dan yang tidak terdeteksi mungkin juga ribuan, karena masyarakat belum terbiasa dan menjadi budaya untuk memeriksakan diri (tes) HIV/AIDS," ujar Enny.
Enny mengakui, kecenderungan penderita kelompok ibu rumah tangga pada beberapa tahun terakhir terus meningkat. Dari total jumlah penderita yang terinveksi HIV/AIDS tersebut sekitar 5-10 persen adalah ibu rumah tangga dan 5 persen dari kelompok pelajar.
Untuk menekan dan meminimalkan jumlah masyarakat yang terjangkit HIV/AIDS tersebut, kata Enny, dinkes bersama berbagai pihak termasuk Badan Narkotika Nasional (BNN) Kota Malang secara intens melakukan penyuluhan ke seluruh wilayah untuk berbagai kelompok.
Jika kelompok risiko tinggi HIV/AIDS, seperti pekerja seks komersial (PSK), homoseksual dan waria, lanjutnya, penyuluhannya melalui even-even tertentu, kelompok ibu rumah tangga, penyuluhannya melalui program kesejahteraan keluarga (PKK) rukun tetangga maupun rukun warga (RT/RW) atau pengajian-pengajian yang rutin diselenggarakan kaum perempuan di lingkungannya masing-masing.
Selain itu, kata Enny, pihaknya juga meningkatkan peran dari kelurahan siaga untuk membantu melakukan penyuluhan kepada masyarakat di lingkungan kelurahan masing-masing.
"Pokoknya penyuluhan tidak hanya dilakukan di lembaga resmi atau di sekolah saja, namun sudah menyentuh seluruh lapisan masyarakat," jelasnya.
Ketua Palang Merah Indonesia (PMI) Kota Malang, Bambang Priyo Utomo, mengakui bahwa darah yang didonorkan para pendonor di PMI setempat sekitar 20 persennya mengandung HIV/AIDS.
"Kami tahu personil yang mendonorkan darahnya dan mengandung virus mematikan itu, namun kami tidak bisa langsung memberitahu yang bersangkutan. Kami upayakan dengan cara halus untuk tes darah di klinik atau RSSA, baru hasilnya diberikan secara langsung kepada yang bersangkutan," ujarnya menambahkan.
Menurut Bambang yang juga Wakil Walikota Malang itu, darah donor yang mengandung virus HIV/AIDS langsung dimusnahkan dan darah donor yang sehat juga diproses melalui berbagai tahapan termasuk penyaringan.