REPUBLIKA.CO.ID, PURWOKERTO--Kementerian Pertanian menargetkan swasembada kedelai pada 2014 dengan sasaran produksi mencapai 2,7 juta ton. "Itu kontrak kinerja Menteri Pertanian yang sekarang (Suswono, red.)," kata Kepala Bidang Program dan Evaluasi Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan Kementerian Pertanian Nyoman Widiarta kepada wartawan di Purwokerto, Kamis (11/11).
Usai menjadi pembicara dalam Seminar Nasional Pengelolaan Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) Ramah Lingkungan di Aula Fakultas Pertanian, Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto, dia mengatakan, sejumlah upaya untuk mewujudkan swasembada kedelai sebenarnya sering dilakukan.
Akan tetapi, kata dia, upaya tersebut selama ini sering kali mengalami kendala. "Sebenarnya kita tidak bisa swasembada bukan karena teknologinya. Artinya, kedelai di negeri ini secara kualitas maupun produktivitas sebenarnya tidak terlalu jauh dengan kedelai dari Amerika maupun Brazil," katanya.
Ia mengatakan, kendala yang dihadapi saat ini adalah luas lahan tanaman kedelai yang hanya 700 ribuan hektare. Menurut dia, kondisi tersebut berbeda jauh dengan luas tanaman kedelai pada 1998 yang mencapai 2 jutaan hektare sehingga mencukupi kebutuhan dalam negeri.
"Sekarang luasan tersebut menurun terus. Hal ini disebabkan banyak faktor, antara lain tanaman kedelai kalah bersaing dengan jagung," katanya.
Dalam hal ini, kata dia, petani lebih memilih menanam jagung karena usianya lebih pendek, hamanya lebih sedikit, dan penghasilannya lebih banyak dibanding menanam kedelai. Dengan demikian, lanjutnya, penurunan luas tanam kedelai ini menyangkut daya saing harga kedelai dengan jagung.
"Kalau sudah menyangkut harga, tentunya banyak yang terlibat lagi, antara lain pasar dan kebijakan. Jadi bagaimana supaya petani tertarik menanam kedelai sangat menentukan keberhasilan swasembada ini," katanya.
Kendati demikian, dia mengaku optimistis terhadap target Kementerian Pertanian untuk mencapai swasembada kedelai pada 2014. Menurut dia, hal ini ditunjukkan dari pencapaian produksi kedelai pada 2009 sebesar 1,004 juta ton dan 2010 mencapai 1,3 juta ton. "Pada 2014 ditargetkan sebesar 2,7 juta ton dengan rata-rata pertumbuhan 20,05 persen per tahun," katanya.