REPUBLIKA.CO.ID, SERANG--Aktivitas Gunung Anak Krakatau yang terletak di Perairan Selat Sunda masih fluktuatif, kadang meningkat dan kadang menurun. Pos Pemantau Gunung Anak Krakatau, di Desa Pasauran, Kabupaten Serang, mencatat total kegempaan Gunung Anak Krakatau, kemarin mencapai 696 kali atau meningkat sebanyak 28 kali aktivitas kegempaan dibanding dengan hari sebelumnya yang hanya terjadi 668 kali.
Kepala Pos Pemantau Gunung Anak Krakatau, Anton Tripambudi, mengatakan jumlah kegempaanya masih fluktuatif dan masih berstatus waspada atau level II. “Hingga kini Gunung Anak Krakatau masih terhalang kabut, sehingga kami tidak bisa melihat kondisi gunung secara visual,” katanya, Selasa (9/11).
Secara rinci, Gunung Anak Krakatau mengalami Gempa Vulkanik Dalam (VA) terjadi sebanyak 53 kali, Gempa Vulkanik Dangkal (VB) 256 kali, Hembusan 343 kali, Letusan 9 Kali, Tremor Letusan 20 kali, Tremor Harmonik (Lava Pijar) 15 kali. Sedangkan untuk data kegempaan pada Senin (8/11) lalu, gempa vulkanik dangkal sebanyak 226 kali, gempa vulkanik dalam 50 kali, letusan 78 kali, hembusan 214 kali, gempa tremor 100 kali. "Kami melakukan pemisahan pencatatan tremor harmonik karena aktivitas Gunung Anak Krakatau sedikit mengalami peningkatan,” kata.
Sementara itu, warga Banten mengalami keresahan karena adanya isu yang disebar melalui pesan singkat berantai dari orang yang tidak bertangung jawab. Isi pesan singkat itu menyatakan, akan terjadi letusan Gunung Anak Krakatau yang berkekuatan besar dan dibarengi dengan gempa berkekuatan 9,8 skala Richter (SR) yang akan menimbulkan tsunami.
Robi Dahlan, 30, warga Perumahan Cilegon Indah, Kota Cilegon mengaku resah saat menerima pesan singkat tersebut dari rekannya pada Senin (8/11) malam. “Rekan saya juga menerima SMS itu dari nomor yang tidak dikenal,” terang Robi.
Adanya Isu akan terjadi letusan Gunung Anak Krakatau yang berkekuatan sangat besar itu dibantah oleh Anton Tripambudi. Menurut Anton, aktivitas Gunung Anak Krakatau masih mengalami letusan yang biasa. “Kami tidak mengeluarkan pernyataan itu, dan itu tidak benar,” ujar Anton.