Selasa 09 Nov 2010 05:34 WIB

Indonesia-AS Siapkan Deklarasi Kerja Sama

Rep: ikh/ Red: Krisman Purwoko

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Pemerintah Indonesia menyatakan semua persiapan untuk menyambut kedatangan Presiden Amerika Serikat Barack Hussein Obama pada 9-10 November 2010 sudah matang. Kedua negara menyiapkan deklarasi kerja sama yang akan disahkan dalam pertemuan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dengan Presiden Obama pada Selasa (9/11).

"Persiapan sudah matang dan berita terakhir kunjungan Presiden Barack Obama tetap on dan besok (Selasa, 9/11) siang Presiden Barack Obama akan tiba di Jakarta," kata Duta Besar Republik Indonesia untuk AS Dino Patti Djalal dalam konferensi pers di Kantor Presiden, Senin (8/11).

Hasil utama kunjungan Obama adalah satu deklarasi bersama tentang kemitraan komprehensif. "Sebagaimana diketahui, tahun 2008 Presiden SBY mengunjungi Washington DC dan mengusulkan Indonesia dan AS menjalin satu kemitraan yang lebih tinggi, yang lebih erat yang dinamakan beliau suatu strategic partnership," kata Dino.

Tidak lama setelah itu, lanjut dia, Presiden Obama menyatakan mendukung visi stategic partnership Indonesia dan AS. "Sekarang kemitraan komprehensif ini menjadi realitas dan sudah ada joint commition meeting pada September lalu antara Menlu Marty Natalegawa dengan State Secretary Hillary Clinton dan telah membentuk working group," katanya.

Jadi, kata Dino, kemitraan komprehensif yang direncanakan Presiden pada 2008 ini sudah berjalan dan dalam kunjungan Presiden Obama ini akan dilakukan peresmiannya pada Selasa (9/11). Dalam deklarasi itu akan terlihat satu visi hubungan Indonesia-AS ke depan, termasuk prinsip dan pilar yang akan berjalan dalam hubungan itu.

Saat ini, ujar Dino, deklarasi kemitraan komprehensif sedang digodok. "Yang jelas (kalau) anda cari key word dari kemitraan komprehensif ini adalah kemitraan yang sejajar," katanya. Prinsip itu sangat penting dalam kemitraan Indonesia-AS. Sejajar berarti dua negara sama-sama memilih bidang kerjasama yang akan dimajukan, tidak ada pemaksaan.

"Kalau ada perbedaan pendapat tidak akan dipaksakan, sifatnya fleksibel. Sama-sama bisa memilih bidang apa yang bisa digarap kedua pihak. Kata Komprehensif adalah kata kunci," kata Dino. Di masa lalu, ujarnya, hubungan Indonesia dan AS terlalu terpaku pada satu isu tertentu, contohnya isu HAM di Timor Timur, sehingga kelihatan agak berat sebelah.

"Hubungan ini merata dan multidimensi dan sektoral, mencakup hubungan yang konstruktif dan dinamis di bidang keamanan, ekonomi, pendidikan, sosial, budaya, people-to-people contact, iptek, lingkungan hidup, kehutanan, dan sebagainya," kata Dino. Hubungan Indonesia AS itu tidak tipis, tapi mendalam.

Menurut Dino, hal menarik dari hubungan Indonesia-AS sekarang dibanding dulu, adalah hubungan lebih terstruktur. "Artinya, setiap tahun akan ada petemuan Menlu AS dan Menlu Indonesia, ini telah terjadi 16 September tahun ini," kata dia. Pertemuan rutin itu didukung oleh enam pokja, yakni keamanan, pemerintahan, pendidikan, energi, investasi dan perdagangan, dan lingkungan hidup.

"Jadi, ada pokjanya dan pokjanya memiliki time table, plan of action," kata Dino. Hal itu mencerminkan hubungan Indonesia-AS mengalami transformasi dan peningkatan yang signifikan, yakni hubungan untuk abad ke-21, berbeda dengan hubungan Indonesia-AS pada abad 20. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement