REPUBLIKA.CO.ID,YOGYAKARTA--Sejak Rabu (3/11) siang, empat hari lalu hingga Ahad (7/11) sore Gunung Merapi di perbatasan Jawa Tengah dan DIY masih meletus. Aktivitas gunung ini bahkan masih menunjukan peningkatan dibandingkan letusan pertama (26/11) lalu.
Kepala Badan Geologi, Suhkyar, membenarkan jika gunung teraktif di dunia tersebut telah empat hari meletus terus menerus dan hampir tidak berhenti. "Letusan maish terus berlangsung, meskipun fluktuatif ada yang besar dan kecil," terangnya di kantor Balai Penyelidikan dan Pengembangan Tehnologi Kegunungapian (BPPTK) Yogyakarta usai menerima kunjungan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, Ahad sore ini.
Menurutnya, berdasarkan data seismograf hingga pukul 12.00 WIB aktivitas gunung itu masih cukup tinggi. Gunung tersebut mengalami 31 gempa vulkanik, tremor, awan panas dan guguran lava pijar secara berentetetan dan terus menerus. Rentetan awan panas inipun telah terjadi sejak empat hari lalu.
Meskipun berentetan kata Suhkyar tetapi, jangkauan awan panas masih di radius 8 Km dari puncak Merapi atau lebih rendah dibanding letusan besar tanggal 5 November lalu. Luncuran material panas akibat rentetan letusan itupun mencapai radius 6 km. "Letusan Merapi belum habis, dan kita tidak bisa memprediksi kapan selesainya," tandas Suhkyar.
Diakuinya, meski tidak bisa memprediksi kapan Merapi selesai meletus namun pihaknya masih merekomendasikan bahwa zona rawan bencana Merapi berada di radius 20 Km dari puncak. Pihaknya tidak akan memperluas zona tersebut meskipun banyak masyarakat di luar zona itu mendengar suara bergemuruh dari puncak gunung tersebut.
"Gak ada perluasan, kita lihat bukti empiris dari sejarah letusan Merapi tidak ada awan panas yang jangkauannya melebihi radius 15 KM. Biasanya hanya 12 KM itu letusan tahun 1872," tambahnya.
Selain awan panas, bahaya lain yang harus diperhatikan masyarakat adalah ancaman banjir lahar dingin. Pasalnya kata dia, sejak meletus tanggal 26/11 lalu material hasil letusan Merapi sudah membanjiri dan mengisi 12 sungai yang berhulu di gunung tersebut. "Yang paling besar memang di kali Gendol," terangnya.