REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Hamzah Latif, ahli tsunami yang termasuk anggota Tim 9, menjelaskan, potensi megathrust earthquake 8,9 SR di Pulau Siberut juga bisa melanda Kota Padang dan daerah pesisir di sekitarnya. Dalam simulasi yang dibuat Hamzah, tsunami akan terjadi selama 2,5 jam dengan ketinggian ombak mencapai enam meter dan bergerak sejauh dua kilometer dari garis pantai.
Dengan tsunami seperti itu dan menghitung manusia bergerak berbanding lebar jalan pada kondisi Kota Padang di siang hari, kata Hamzah, maka kemungkinan korban jiwa bisa mencapai 150 ribu jiwa. “Ini belum termasuk hambatan lain seperti kemacetan kendaraan serta tiang listrik dan bangunan yang roboh,” papar Hamzah.
Dia melanjutkan, tsunami juga bisa merusak pelabuhan laut dan udara yang hanya terletak 300 meter dari pantai. “Padang akan terisolasi,” tegas Hamzah.
Deputi Bidang Geofisika Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), JP Prih Harjadi, tak menampik potensi gempa besar yang masih mengacam Mentawai dan pesisir Sumatera Barat. Menurut Harjadi, gempa dan tsunami Mentawai 25 Oktober lalu bukan merupakan puncak energi berbahaya yang bersumber dari patahan Sumatera. “Energi yang dilepaskan belum sepenuhnya, tapi kapan terjadinya gempa besar itu tidak bisa kita prediksikan,” kata Harjadi.
Dikatakan, BMKG bertugas memberikan peringatan dini berdasarkan indikasi-indikasi pergerakan patahan bumi melalui alat-alat yang tersebar di sejumlah lokasi. Kendati demikian, jika megathrust earthquake tersebut benar-benar terjadi, maka peringatan yang dikeluarkan tidak akan banyak membantu bagi masyarakat Mentawai. “Jarak sumber gempa sangat dekat, Mentawai nggak punya waktu untuk peringatan dini,” imbuh Harjadi.