REPUBLIKA.CO.ID,YOGYAKARTA--Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Yogyakarta memperkirakan bahwa pengaruh fenomena La Nina di Provinsi DIY akan terjadi pada November hingga Februari 2011. "Fenomena La Nina akan meningkatkan rata-rata curah hujan dan juga hari hujan selama kurun waktu tersebut," kata Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Yogyakarta Budi Waluyo di Yogyakarta, Jumat.
Menurut dia, pengaruh La Nina sudah mulai terlihat pada Agustus dengan meningkatnya rata-rata curah hujan hingga lima kali lipat dibanding rata-rata curah hujan pada bulan tersebut selama 30 tahun terakhir. Berdasarkan data BMKG Yogyakarta, rata-rata curah hujan pada Agustus 2009 saat tidak ada fenomena La Nina adalah 20 mililiter (ml) per bulan atau 22 ml per bulan selama 30 tahun terakhir. "Pada Agustus 2010, rata-rata curah hujan mengalami peningkatan yang cukup drastis menjadi 107 mililiter per bulan atau sekitar lima kali lipat dibanding periode yang sama tahun sebelumnya," katanya.
Pengaruh tersebut berlanjut hingga September yang ditandai dengan peningkatan hari hujan menjadi 22 hari setelah pada tahun-tahun sebelumnya rata-rata hari hujan pada bulan tersebut adalah dua hari. Ia mengatakan, BMKG tidak dapat memperkirakan besaran peningkatan curah hujan di wilayah tersebut pada November hingga Februari 2011 karena curah hujan dipengaruhi gangguan cuaca berdurasi pendek.
Gangguan cuaca berdurasi pendek tersebut, di antaranya angin topan atau gangguan cuaca akibat perbedaan suhu muka laut. "Gangguan-gangguan cuaca tersebut akan berpengaruh pada kuantitas curah hujan di suatu wilayah," lanjutnya.
BMKG telah membagi wilayah Provinsi DIY menjadi dua bagian yaitu bagian utara dan bagian selatan.
Pada saat musim hujan, Budi mengatakan, curah hujan di DIY bagian utara normal, namun curah hujan di bagian selatan diperkirakan di atas normal. Meskipun curah hujan di bagian utara cenderung normal, ia berharap Pemerintah Kabupaten Sleman tetap waspada dengan kemungkinan banjir lahar dingin mengingat kondisi Gunung Merapi yang telah dinyatakan berstatus Siaga. "Material-material yang menumpuk di Gunung Merapi tersebut bisa hanyut terbawa hujan menyebabkan banjir lahar dingin apabila terjadi hujan di gunung tersebut," ujarnya.