REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Persatuan Oposisi Nasional tidak akan berhenti turun ke jalan untuk menyampaikan kegagalan Pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono-Boediono. Setelah berdemonstrasi besar-besaran pada 20 Oktober, mereka akan kembali beraksi pada 28 Oktober mendatang.
"Gelombang aksi lebih besar sedang dipersiapkan di seluruh Indonesia bertetapan dengan peringatan hari Sumpah Pemuda," ujar Ton Abdillah Has di Jakarta, (21/10).
Seperti yang diketahui, Persatuan Oposisi Nasional ini berisikan organisasi-organisasi kemahasiswaan yang memiliki jaringan di hampir seluruh wilayah Indonesia. Sementara itu, terkait aksi 20 Oktober yang diwarnai kericuhan, Ton mengecam keras tindakan represif polisi.
Menurut data yang dihimpunnya, dalam aksi di depan Istana Negara itu satu orang terkena tembakan dan satu orang yang lain terkena peluru karet. "Beberapa terluka kena benda tumpul dan ditangkap," ungkapnya.
Kekerasan tersebut, ungkap Ton, tidak hanya terjadi di Jakarta saja. Tetapi juga di daerah-daerah lain seperti Makassar, Bogor, Kendari, dan lain-lain. "Kejadian itu menunjukan kepolisian telah menjadi alat kekuasaan ketimbang menjadi alat negara," ujarnya.
Polisi juga semakin percaya diri menggunakan senjata dalam menangani aksi-aksi mahasiswa dengan pemberlakuan protap tembak ditempat.