REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Ahli Statistik IPB, Khairil Anwar Notodiputro mengingatkan bahwa Indonesia akan menghadapi krisis multidimensi dalam 15-30 tahun ke depan jika tidak menempuh langkah antisipasi sejak saat ini terkait dengan jumlah penduduk yang besar.
"Bagi Indonesia angka 237,6 juta jadi peringatan dini bahwa 15-30 tahun ke depan Indonesia akan menghadapi krisis multidimensi bila langkah antisipasi tak dimulai sejak sekarang," kata Khairil dalam seminar "Dimensi Penduduk dan Pembangunan Berkelanjutan" di Jakarta, Selasa (19/10).
Guru Besar IPB itu menyebutkan, multikrisis itu antara lain berkaitan dengan soal ekonomi, sosial, politik, keamanan, dan perubahan iklim (ekologi). "Artinya wajah Indonesia mulai hari ini ditentukan apakah angka 237,6 juta itu akan semakin masif bertambahnya atau Indonesia mampu mengendalikan laju pertumbuhannya," kata Ketua Ikatan Perstatistikan Indonesia (ISI) itu.
Menurut dia, masalah jumlah penduduk yang besar, tidak hanya sekadar persoalan ekonomi, sosial dan lingkungan melainkan juga terkait dengan persoalan politik dan ideologis. Secara politis, jumlah penduduk yang tinggi tanpa adanya langkah penanganan dan antisipasi yang serius khususnya yang terkait dengan pangan, energi, lingkungan, pendidikan, kesehatan, dan lapangan kerja akan berimplikasi pada ancaman kedaulatan bangsa dan ketahanan nasional.
"Krisis politik yang dibarengi krisis ekonomi, ancaman kelaparan akibat kekurangan pangan dan pasokan energi serta lingkungan hidup berpotensi menghancurkan eksistensi sebuah negara," tuturnya.
Menurut dia, Indonesia mesti bercermin dari China yang sudah menyiapkan strategi yang jitu guna mengantisipasi ledakan penduduknya, mulai dari penyediaan pangan, energi, lahan pemukiman, dan ancaman kerusakan lingkungan. Ia menyebutkan, untuk dapat memformulasikan langkah antisipasi dan kebijakan jangka panjang diperlukan informasi valid.
Informasi valid itu antara lain produktivitas lahan produktif pangan, kapasitas produksi terpasang potensi energi dan sumber energi nasional, daya dukung sumberdaya lahan yang mampu menampung jumlah penduduk dan implikasinya terhadap penurunan kualitas lingkungan.
Selain itu, statistik lingkungan yang menyangkut kerusakan lingkungan, degradasi sumberdaya alam, dan ekosistem. Juga informasi ancaman konflik sosial, ancaman konflik politik, dan ancaman ekspansi dan penguasaan wilayah oleh negara lain. "Angka 237,6 juta bisa berubah menjadi bencana yang mengerikan jika kita tak pernah memikirkan secara serius," kata Khairil.
Ia menyebutkan, bila tak mampu menyediakan pangan maka akan muncul bencana kelaparan. Jika tak mampu menyediakan sumber energi terbarukan maka muncul ancaman kekurangan listrik, pupuk, dan mahalnya transportasi. Menurut dia, angka 237,6 juta juga mewajibkan negara menjaga kelestarian dan daya dukung lingkungan dari tindakan distruktif manusia tak bertanggung jawab.
"Jika tidak, maka rakyat Indonesia akan menghadapi bencana ekologis yang dahsyat mulai dari banjir, tsunami, tanah longsor, angin topan hingga ketidakseimbangan iklim akibat hancurnya ekosistem dan biosfir," tandas Khairil.