Selasa 19 Oct 2010 03:43 WIB

Tiga Imigran Sri Langka Tewas Kelaparan di Perairan Panaitan

Rep: Muhammad Fakhruddin/ Red: Djibril Muhammad
Miigran Sri Langka
Miigran Sri Langka

REPUBLIKA.CO.ID, SERANG--Tiga orang dari 85 orang imigran berkewarganegaraan Sri Langka yang terdampar di perairan Pulau Panaitan, Pandeglang, Banten dilaporkan tewas diduga kelaparan karena kehabisan makanan. Saat ini, Kapal bernama Lunch 73 Feet yang mengangkut para imigran tersebut masih berada di perairan Tanjung Cina sebelah barat Pulau Panaitan. Hingga kini Polisi Air daerah Banten belum bisa mengevakuasi mereka karena alasan cuaca buruk.

"Kami telah mengirim tim dan masih menyelidiki kondisi terakhir para imigran yang terdampar di perairan Pulau Panaitan. Mereka belum bisa dievakuasi karena alasan cuaca buruk," kata Direktur Polisi Air daerah Banten, Ajun Komisaris Besar Polisi Budi Hermawan, ketika dihubungi wartawan, di Banten, Senin (18/10).

Polisi Air mengetahui kapal tersebut terdampar setelah 3 orang imigran di antara mereka memisahkan diri dari rombongan dan diselamatkan oleh para nelayan yang tengah memancing di perairan Selat Sunda. Setelah diselamatkan nelayan, mereka dijemput oleh Polisi Air daerah Banten di Pos Polisi

Kehutanan Legong Buntu, Pulau Panaitan. "Tiga orang imigran tersebut, kini kami amankan di Pos Polisi Air Sumur, Kabupaten Pandeglang," kata Budi.

Ketiga imigran yang diselamatkan tersebut bernama Arasakumar (31 tahun), Adaikkalanathan (50 tahun), Dhanra (19 tahun). Menurut Budi, ketiganya akan diserahkan kepada Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Banten. "Kita juga masih menunggu kedatangan pihak Australia yang akan mengecek langsung ketiga imigran ini, karena rencananya para imigran yang terdampar akan menuju Australia," tambah Budi.

Para imigran asal Sri Langka ini meninggalkan negaranya sejak 31 Agustus 2010 lalu dan telah mengarungi lautan selama 48 hari, hingga akhirnya kapal yang mereka tumpangi kehabisan bahan bakar di perairan Indonesia. Diduga mereka telah kehabisan perbekalan jauh hari sebelum kapal tersebut terdampar di perairan sekitar Pulau Panaitan, karena perbekalan yang mereka bawa hanya cukup untuk 20 hari saja.

Kapal Lunch 73 Feet yang terdampar tersebut memuat 52 pria, 15 perempuan, dan 18 anak-anak. Tiga di antaranya meninggal dunia, yakni 2 pria dan seorang perempuan. Dari Sri Langka, kapal berlayar dengan hanya menandalkan petunjuk global positioning system (GPS) garmin 198.

Para imigran menumpang kapal tersebut dengah membayar sekitar 1 Lucks Rupee per orang atau sekitar 2.000 Dolar Amerika, kepada seorang warga negara Sri Langka bernama Shiba. Sedangkan untuk anak-anak tidak dikenakan biaya.

Kepala Bidang Imigrasi Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Banten, Hari Purwanto, enggan berkomentar terkait keberadaan imigran yang terdampar di perairan Pulau Panaitan tersebut. Karena masih melakukan pembahasan dengan Gubernur Banten. "Sabar, kami sedang rapat," kata Hari.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement