REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Sebanyak 3.000 orang mengungsi akibat banjir bandang di Wasior, Kabupaten Teluk Wondama, Papua Barat. Menurut Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Syamsul Maarif, pengungsi tersebar di Nabire sebanyak 650 orang, di Manokwari 850 orang, dan sisanya ada di tiga daerah di Teluk Wondama.
Sedangkan tentang penyebab banjir bandang, Syamsul membantah lantaran adanya pembalakan liar. "Saya ikuti sungai-sungai itu. Saya melihat tidak ada pohon-pohon yang dipotong," kata dia.
Kalau pun ada, ujarnya, pohon itu hanyut bersama akarnya. Hutan di daerah itu, kata Syamsul, tergolong masih perawan.
Sampai saat ini yang hilang 76 orang, papar Syamsul, usai bertemu dengan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di Kantor Presiden, Jumat (8/10). Syamsul baru saja kembali dari Wasior untuk mengecek perkembangan penanganan bencana kemudian melaporkan kepada presiden. Di antara korban hilang, ada seorang dokter bersama keluarganya.
Pencarian jenazah terus dilakukan. Presiden, tutur Syamsul, memerintahkan agar membuat tempat pengungsian sementara oleh TNI. Menurut dia, saat ini yang paling dibutuhkan pengungsi adalah air bersih.
"Saat ini yang sulit adalah air bersih. Ini seperti di Mandailing Natal, kalau ada longsor sulit untuk air bersih," kata Syamsul menegaskan. Dia mengatakan, penanganan tanggap darurat di Wasior saat ini telah dilakukan dengan benar.
Mengenai penyebab banjir bandang, Syamsul menjelaskan, sampai saat ini diduga bukan karena pembalakan liar. n.