REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA-–Banjir bandang yang melanda Papua pada Senin (4/10) memporak-porandakan wilayah Kabupaten Teluk Wondama, Papua Barat. Akibat banjir bandang ini, delapan wilayah menjadi porak-poranda, yaitu Wasior I, Wasior II, Rado, Moru, Maniwak, Manggurai, Wondamawi, dan Wondiboy.
Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat, Agung Laksono, mengatakan penyebab peristiwa tersebut adalah hujan deras yang terjadi pada Ahad (3/10) sore hingga Senin, (4/10) dini hari waktu setempat. “Akibatnya, tiga sungai meluap,” katanya saat memberikan keterangan pers di kantor Kementerian Koordinator Kesra di Jakarta.
Sungai tersebut antara lain Kali Sanduai, Kali Anggris, dan Kali Manggurai. Ketika sungai ini meluap, material --seperti lumpur, kayu, dan batuan-- ikut terangkut.
Berdasarkan data dari Kemenkesra, korban meninggal akibat peristiwa ini ada 64 orang. Korban luka berat sebanyak 75 orang yang dirawat di RSUD Nabire dan RSUD Manokwari. Korban luka ringan ada 461 orang. Sedangkan yang dinyatakan hilang ada 68 orang dan sedang dalam pencarian.
Saat ini, korban banjir bandang yang mengungsi tersebar di beberapa lokasi antara lain Manokwari, Nabire, dan Distrik Oransbari. Diperkirakan total pengungsi mencapai tiga ribu orang. “Untuk sementara yang terdata ada sekitar 500 jiwa di Manokwari,” katanya.
Selain korban jiwa, banjir bandang ini juga menimbulkan kerusakan parah, mulai dari rumah, sarana kesehatan, sarana pendidikan, jalan, jembatan, dan hotel. Data dari Kemenkesra tercatat ada 31 unit rumah rusak berat bahkan terhanyut; 2 unit RS rusak berat; 1 unit sekolah rusak berat; 1 ruas jalan rusak berat; 4 unit jembatan rusak berat; dan 1 unit hotel rusak berat.
Menurut Agung, wilayah yang terkena bencana sulit diakses sebab bandara perintis di Wasior Kabupaten Teluk Wondoma ikut terkena dampak banjir sehingga belum dapat digunakan untuk aktivitas penerbangan. Selain itu, hubungan komunikasi terhambat, jaringan listrik terputus, dan aktifitas masyarakat lumpuh.