REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia (Kapolri), Jenderal Pol Bambang Hendarso Danuri, mendadak meninggalkan ruang Sidang Kabinet Paripurna di Kantor Kepresidenan, Jakarta, Senin. "Ada yang penting... Ke mabes," kata Kapolri, sambil bergegas saat keluar dari ruang sidang kabinet di lantai dua kantor presiden.
Kapolri meninggalkan ruang itu sebelum rapat yang dipimpin langsung oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dimulai. Selama menunggu rapat dimulai, Kapolri nampak keluar masuk ruang rapat didampingi beberapa ajudan yang membawa sejumlah dokumen. Selama bergegas meninggalkan ruang rapat, Kapolri tidak bersedia memberikan jawaban utuh kepada para wartawan. "Nanti..., nanti saja," katanya.
Di sela riuh pertanyaan para wartawan tentang alasan Kapolri meninggalkan ruang rapat kabinet, seorang ajudannya memberitahu bahwa waktu yang dimiliki Kapolri sangat mendesak. "Pak cepet Pak..., waktunya mendesak," kata ajudan tersebut.
Sidang Kabinet Paripurna itu dihadiri seluruh menteri dan pejabat setingkat menteri pada Kabinet Indonesia Bersatu II. Sidang itu secara khusus membahas rencana strategis pegembangan kekuatan Tentara Nasional Indonesia dan modernisasi alat utama sistem persenjataan (alutsista).
"Agenda utama adalah membahas rencana strategis pembangunan kekuatan TNI dan modernisasi alutsista baik TNI Angkatan Darat, Angkatan Laut, dan Angkatan Udara," kata Presiden Yudhoyono dalam pembukaan sidang, beberapa saat setelah Kapolri pergi.
Presiden mengatakan, peningkatan kualitas dan modernisasi alutsista adalah hal yang mutlak untuk pertahanan negara. Oleh karena itu, Kepala Negara berharap rencana strategis tentang hal itu bisa dipercepat. Presiden mengatakan, sistem persenjataan tentara harus ditingkatkan, sehingga bisa dikatakan ideal untuk melindungi tanah air yang sangat luas.
"Kita relatif tertinggal dibandingkan negara lain, termasuk negara tetangga kita," kata Presiden.
Namun demikian, Presiden menegaskan, Indonesia tidak ingin terjebak dalam perlombaan kekuatan dan kepemilikan senjata. Peningkatan kekuatan persenjataan, kata Presiden, hanya untuk kepentingan membela kedaulatan. "Bangsa Indonesia adalah bangsa yang cinta damai, tapi kita juga cinta kedaulatan," kata Presiden.
Sidang Kabinet dimulai pada pukul 11.00 WIB dengan agenda utama paparan dari pejabat di lembaga pertahanan negara, termasuk para kepala staf TNI.