REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA-–Kepolisian merumuskan ulang langkah taktis menangani unjuk rasa yang anarkis. Kapolri menginginkan agar aparatnya dapat bereaksi lebih cepat ketika terjadi tindakan yang tergolong anarkis.
‘’Tadi malam dirumuskan itu,’’ kata humas Mabes Polri, Irjen Pol Iskandar Hasan, Sabtu (2/9). Kerusuhan antardua kelompok di depan PN Jakarta Selatan, beberapa hari lalu, yang menewaskan sejumlah orang menjadi pelajaran bagi kepolisian untuk membenahi diri.
Iskandar mengaku polisi bertindak kurang sigap saat itu. Saat ini rumusannya masih digodok. Hari ini rumusan itu coba dipraktikkan satuan Brimob.
Sebelum diimplementasikan, kepolisian akan menyosialisasikannya ke Komnas HAM untuk mendapat masukan. ‘’Kalau tidak Senin, ya Selasa akan disosialisasikan,’’ ujanya.
Sosiolog dari Universitas Indonesia, Thamrin Amal Tomagola, mengatakan mata rantai kekerasan di dalam negeri perlu segera diputus. Cara yang paling efektif melakukan itu, sambungnya, adalah lewat ketegasan dari pemimpin tertinggi negeri.
Ahmadiyah
Sementara itu, polisi sudah menangkap empat orang yang diduga pelaku perusakan dan pembakaran masjid serta rumah tinggal warga Ahmadiyah di Ciampea, Bogor. Saat ini keempat orang yang ditangkap masih berstatus saksi, bukan tersangka.
Dari dua orang yang menjadi korban perusakan tersebut, Iskandar mengatakan satu orang sudah kembali ke kediamannya dan satu orang lainnya masih harus dirawat. Dari penahanan atas empat orang itu, polisi berharap bisa menemukan otak di balik penyerangan atas rumah dan masjid milik warga Ahmadiyah. Untuk mengembalikan keamanan di sana, polisi menyiapkan penambahan batalyon dengan 300 hingga 400 orang personel.