Ahad 03 Oct 2010 04:24 WIB

Infrastruktur Buruk, Perawatan KA Tidak Prima

Rep: ismail lazarde/ Red: taufik rachman

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA—Dunia perkeretaapian nasional kembali diselimuti awan duka. Sabtu (2/10) dini hari, pada waktu hampir bersamaan, dua kecelakaan kereta api terjadi di Purwosari dan Pemalang.

Dalam kedua kecelakaan yang sama-sama tabrakan dari arah belakang terhadap kereta yang sedang berhenti, mengakibatkan puluhan orang meninggal.

Menurut pengamat transportasi massal dari Universitas Trisakti, Yayat Supriyatna, setidaknya ada empat aspek mendasar yang memicu kecelakaan kereta api di Indonesia.

Pertama, sistem pemeliharaan armada kereta api yang sangat tertinggal. Saat ini, kata Yayat, banyak kereta api yang sudah tua, sistem pengeremannya aus, dan mesin lokomotif yang kurang prima. “Faktor pemeliharaan ini menjadi penyebab turunnya kinerja PTKA dan sering menjadi penyebab kecelakaan,” ujar Yayat melalui sambungan telepon, Sabtu (2/10).

Dia melanjutkan, dalam kurun waktu 10 tahun terakhir, jumlah gerbong kereta yang dimiliki PTKA anjlok sampai 50 persen atau dari sekitar 6.800 gerbong pada tahun 2000 menjadi 3.500 gerbong pada tahun 2010.

Aspek kedua adalah buruknya infrastruktur kereta api semisal bantalan rel dan sistem sinyal. Banyaknya bantalan rel yang copot/hilang serta sistem sinyal yang sering rusak, kerap menjadi penyebab kecelakaan.

Aspek ketiga SDM dan kesejahteraan karyawan. Keterbatasan sumber daya di tubuh PTKA dan tingkat kesejahteraan yang kurang bagus, membuat petugas kereta api di lapangan dilanda stress.

Penyebabnya tak lain tingginya intensitas perjalanan yang membuat tubuh sangat lelah. Ditambah lagi faktor usia dan pikiran mengenai kesejahteraan keluarga, membuat para petugas PTKA sering tidak bisa berkonsentrasi.

Adapun aspek keempat, masih kata Yayat, adalah keseriusan operator pengelola yang duduk di kursi manajemen dan pihak-pihak terkait dengan perkeretaapian nasional. “Operator terkesan masih main-main dengan nyawa penumpang, sistem perkeretaapian kita memang masih jauh dari rapot biru,” imbuh Yayat.

Guna mencegah kecelakaan serupa di kemudian hari, Yayat menyarankan agar pemerintah mulai meningkatkan sistem perawatan, peralatan, dan peningkatan kesejahteraan karyawan kereta api. Para pejabat yang duduk di kursi manajemen perkeretaapian pun perlu dievaluasi secara serius.

“Kalau perlu, ganti pejabat yang memang tidak becus. Masalah transportasi massal ini kan sangat berhubungan dengan nyawa manusia, jadi cari figur yang memang mau serius mengurusi transportasi,” tandas Yayat.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement