REPUBLIKA.CO.ID,KOTABARU--Tiga peleton Brimob dan polisi disiagakan di Sengayam, Kotabaru, daerah perbatasan antara Provinsi Kalimantan Selatan dan Kalimantan Timur, untuk mengantisipasi meluasnya konflik di Tarakan, Kaltim.
Kapolres Kotabaru AKBP Slamet Riyadi, Rabu malam, di Kotabaru, mengatakan, untuk mengatisipasi merembet dan terjadinya mobilisasi warga ke salah satu daerah, kepolisian daerah (polda) menempatkan pasukan di daerah perbatasan Kalsel-Kaltim.
Tiga peleton itu terdiri atas satu peleton Brimob dari Banjarbaru, satu peleton polisi dari Polda Kalsel, dan satu peleton perintis dari Kepolisian Resor (Polres) Kotabaru. "Penempatan pasukan Brimob dan perintis di daerah perbatasan itu dilaksanakan malam ini juga sesuai dengan perintah dari pimpinan," katanya.
Kapolres mengimbau masyarakat untuk tidak resah atau was-was adanya penempatan tiga peleton dari Brimob dan polisi di daerah perbatasan. "Ini hanya untuk mengantisipasi agar tidak terjadi hal-hal atau mobilisasi warga ke salah satu daerah saja meski sebenarnya kondisi daerah kini sangat kondusif dan tidak terpengaruh dari insiden di Tarakan," kata dia.
Agar masyarakat tidak resah, pasukan ditempatkan di lokasi-lokasi sesuai kebutuhan. Slamet menjelaskan penempatan pasukan Brimob dan polisi di daerah perbatasan itu akan disesuaikan dengan kondisi di Tarakan.
"Jika di Tarakan sudah damai dan kondusif, tidak menutup kemungkinan pasukan itu kembali ditarik, apalagi makin lama menempatkan pasukan semakin besar biaya operasionalnya, terlebih kondisinya saat ini di daerah perbatasan sangat damai," katanya.
Komandan Kodim 1004 Kotabaru Letkol Art. Sinthu Bas Ignatius, menambahkan, untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan, pihaknya juga mengimbau personel di Makoramil dan Babinsa untuk tetap waspada. "Kami melakukan pendekatan kepada warga agar tidak mudah terprovokasi adanya kejadian di Tarakan," kata Dandim.
Dikatakan, saat ini, Kodim Kotabaru memiliki sekitar 217 personel yang tersebar di wilayah Kotabaru. Dandim mengatakan Kotabaru sangat damai dan masyarakatnya sangat akrab dan tidak akan terpengaruh adanya kejadian di Tarakan.
Sementara itu, untuk mengatisipasi merebaknya konflik di Tarakan, Kaltim, puluhan tokoh dari berbagai agama dan dari 17 etnis di Indonesia yang bermukim di Kotabaru sepakat menyampaikan ikrar damai.
Wakil Bupati Kotabaru Rudy Suryana, tokoh dari 17 suku di Kotabaru itu akan menyampaikan ikrar damai pada sabtu (30/9) malam di Siring Laut Kotabaru. "Bahkan, pada ucapan ikrar itu nanti masing-masing etnis akan menyajikan kesenian dan budayanya masing-masing," katanya.
Tujuan dari ikrar damai tersebut, kata Rudy, hanya satu, yakni agar tidak terjadi konflik horizontal antarsesama, seperti yang terjadi di Tarakan, Sampit, dan Poso.
"Meskipun masyarakat Kotabaru yang terdiri atas berbagai adat istiadat dan suku serta budaya itu, tetapi tetap satu, yakni `Masyarakat Saijaan`, masyarakat yang seiya sekata," katanya.
Sementara itu, 17 etnis tersebut, di antaranya suku Banjar, Dayak, Mandar, Jawa, Bugis, Bali, Ambon, Nusa Tenggara Timur, Madura, Palembang, dan Aceh.