Rabu 22 Sep 2010 02:37 WIB

Demi Amankan Stok, Impor Beras Dimungkinkan

Rep: EH Ismail/ Red: Budi Raharjo
Stok beras Bulog
Foto: Antara
Stok beras Bulog

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Angka Ramalan II (Aram) Badan Pusat Statistik (BPS) tentang produksi padi nasional menunjukkan optimisme pencapaian swasembada beras tahun 2010. Menurut BPS, pada akhir tahun ini Indonesia akan mengalami kelebihan beras (surplus) mencapai 5,6 juta ton.

Menteri Pertanian, Suswono, mengatakan peningkatan produksi padi tidak terlepas dari fenomena La Nina yang melanda Indonesia sepanjang tahun 2010. La Nina telah membuat Indonesia sepanjang tahun ini mengalami musim hujan. Hujan yang terus-menerus membuat petani memperbanyak tanam padi sehingga pola tanam yang biasanya padi-padi-palawija menjadi padi-padi-padi.

''Banyak di daerah yang tadinya hanya tanam dua kali sekarang tiga kali. Saya sudah melihat langsung panennya di Karawang, Makassar, dan hari ini di Bantul Yogyakarta,'' ujar Suswono kepada Republika, Selasa (21/9).

Sayangnya, Suswono melanjutkan, melimpahnya hasil panen padi tidak sebanding dengan kemampuan Bulog menyerap gabah dari petani. Alasannya, Bulog tidak bisa melakukan pengadaan karena harga gabah di tingkat petani di atas Harga Pembelian Pemerintah (HPP).

Akibat Bulog kesulitan melakukan pengadaan, stok beras pemerintah terus tergerus dengan penggunaan beras cadangan untuk raskin dan operasi pasar. Ekses lanjutannya, harga beras di pasaran menjadi anomali.

Data Kementerian Perdagangan menunjukkan harga beras kelas premiun secara nasional saat ini berada pada posisi Rp 8.500 per kilogram. Sementara harga beras kelas medium, yang paling banyak dikonsumsi masyarakat, saat ini berada di posisi Rp 6.500 per kilogram. ''Padahal pasokan ke pasar sangat melimpah,'' ujar Suswono.

Dikatakan, saat ini stok beras pemerintah di Bulog tersisa 1,2 juta ton. Padahal, angka aman stok beras pemerintah adalah 1,5 juta ton. Dengan alasan tersebut, Mentan menegaskan, pemerintah harus melakukan langkah antisipatif jangka panjang.

Salah satu antisipasi untuk memberi jaminan pasokan terhadap Cadangan Beras Nasional (CBN) adalah alternatif mendatangkan beras dari luar negeri. ''Kemungkinan impor itu ya bisa saja, tapi tentu kita akan memprioritaskan penyerapan dari dalam negeri dulu,'' ujar Suswono.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement