REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA-- Kasus prostitusi anak yang 'marak' terjadi di Surabaya terus menjadi perhatian serius Polrestabes Surabaya. Yang mencengangkan dalam pengembangan kasus tersebut, ternyata ada dari salah satu orang tua yang kerap mengantar anaknya usai bekerja menjajakkan tubuhnya itu.
"Korban ada yang setiap harinya di antarjemput orang tua dan mampu, lalu memang ada juga yang terbentur persoalan ekonomi untuk menambah kehidupan mereka sehari-hari. Tapi ada juga korban terjerumus karena kurangnya perhatian dari orang tua," ungkap Kasatreskrim Polrestabes Surabaya Ajun Komisaris Besar Polisi (AKBP) Anom Wibowo kepada wartawan di ruangan kerjanya di Mapolrestabes, Jalan Taman Sikatan 1, Selasa (21/9).
Ia mengungkapkan, tidak semua korban terjerumus ke dunia tersebut karena alasan ekonomi. Bahkan dalam beberapa keterangan para korban di depan penyidik, mengaku karena diajak kawan yang sudah dikenalnya sejak lama. Karena itulah, Anom mengimbau kepada para orang tua agar selalu mengawasi dan memberikan nasihat kepada anaknya, terutama anak gadisnya untuk tidak mudah terpengaruh dengan ajakan teman-temannya yang salah.
Dijelaskan dia, Polrestabes Surabaya saat ini tengah melacak nomor handphone milik pelaku dan korban kejahatan prostitusi anak yang terjadi di kotanya. Pelacakan nomor handphone ini untuk mengembangkan kasus dan mencari pelaku-pelaku lainnya yang terlibat. "Kami mencari nomor-nomor itu untuk mencari tahu dan membongkar kasus ini. Selain mencari pelaku, polisi juga mencari korban agar tidak sampai terjerumus lagi," tuturnya.
Pihaknya, lanjut dia, juga masih memburu pelaku lain, khususnya yang berperan sebagai mucikari atau pencari korban dan pelanggan. Anom yakin masih ada pelaku lain yang masih berkeliaran. "Kami yakin masih ada pelaku lainnya. Semoga bisa segera terungkap dan membongkar sindikat kasus prostitusi perempuan serta perdagangan anak. Saat ini masih dalam tahap pelacakan," papar dia.
Selain itu, Anom menambahkan, polisi sudah mengamankan 12 korban prostitusi perempuan di bawah umur. Ini berarti ada delapan perempuan lain yang terungkap setelah polisi membongkar kasus ini tengah pekan lalu. "Benar, korban dalam kasus ini bertambah. Awalnya empat, kemudian tambah tiga, kemudian tambah lima lagi. Kami masih berupaya mencari korban lainnya dan mengembalikan anak-anak ini ke bawah pengawasan orang tua," ungkap mantan Kasat Pidana Umum Ditreskrim Polda Jatim itu.
Seperti diketahui, Polrestabes Surabaya berhasil menangkap sindikat pelaku praktik perdagangan anak yang dipekerjakan sebagai pekerja seks komersial (PSK). Kedua tersangka ini menyediakan perempuan yang katanya masih perawan, tidak tanggung-tanggung, jumlahnya sekitar belasan gadis yang mayoritas masih di bawah umur.