Senin 06 Sep 2010 03:04 WIB

Dunia Berlomba Amankan Pangan

Rep: ismail lazarde/ Red: taufik rachman

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA—Fenomena La Nina yang menyebabkan perubahan cuaca ekstrim tahun ini telah mengakibatkan produksi pangan dunia terganggu. Sejumlah negara produsen pangan utama dunia memperketat kegiatan ekspor pangan mereka guna menjamin ketersediaan di dalam negeri sendiri.

Kekeringan yang melanda Rusia yang berdampak pada merosotnya produksi gandum negara tersebut. Padahal, Rusia adalah pemain utama dalam pasar gandum dunia. Hal serupa dialami Pakistan yang produksi gandum dan berasnya dihantam banjir. Bahkan sejumlah negara yang sebelumnya tak pernah impor pangan, kini harus membuka keran impor guna mengamankan stok pangannya.

“Dunia kini tengah berlomba mengamankan pangan di negaranya masing-masing. Cina saja tahun ini akan impor satu juta ton beras padahal sebelumnya tidak pernah (impor),” ujar Menteri Pertanian, Suswono, kepada Republika, Ahad (5/9).

Dengan kondisi krisis produksi pangan dunia, Mentan melanjutkan, maka pemerintah juga tidak akan main-main dalam mengamankan stok pangan nasional. Menurut Suswono, pemerintah akan terus menggenjot produksi komoditas pangan utama seperti padi, jagung, dan kedelai.

Dikatakan, fenomena La Nina telah membuat musim hujan berkepanjangan di Indonesia. “Kita tidak lagi berada pada musim kemarau basah, tapi hujan berkepanjangan,” imbuh Mentan seraya menyatakan musim hujan akan terus berlangsung sampai setidaknya Maret tahun 2011.

Indonesia bersyukur adanya fenomena La Nina justru mendongkrak produksi padi nasional lantaran banyaknya curah hujan di seluruh nusantara. Penyebabnya, banyak petani sawah tadah hujan yang meningkatkan frekuensi tanam padinya. “Karena banyak air, maka (petani) yang biasanya hanya bisa panen satu kali jadi dua kali dan yang biasa panen dua kali bisa tiga kali,” kata Mentan.

Kendati demikian, Suswono mengingatkan agar para petani tidak menyepelekan ancaman serangan Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) seperti hama kresek, tikus, dan Wereng Batang Coklat, serta potensi banjir akibat curah hujan yang tinggi.

Pemberantasan OPT, kata Suswono, haruslah dilakukan secara sinergis antara penyuluh, peneliti, dan petugas Pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman (POPT). Secara khusus Mentan menegaskan kepada para penyuluh agar tanggap terhadap masalah petani dan mendorong petani mengikuti pelatihan sekolah lapangan yang ada di tiap kecamatan.

Dia mengungkapkan, saat melakukan panen raya di Kabupaten Wajo, Sulawesi Selatan, Sabtu (4/9) lalu, para petani mengeluhkan kurangnya pendidikan dan pelatihan kepada mereka. “Padahal menurut petani pendidikan dan pelatihan itu perlu agar mereka bisa meningkatkan produksi padinya,” tandas Suswono

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement