REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Uang palsu tak hanya ditemukan di dompet masyarakat, tapi juga di lemari besi kantor-kantor bank. Mengapa bisa begitu?
Direktur Peredaran Uang BI, Muhammad Sholihin, mengatakan banyaknya uang palsu yang masuk melalui perbankan karena masih ada beberapa bank yang mempunyai mesin pendeteksi yang relatif sederhana. "Selain itu, uang palsu umumnya diselipkan ke dalam gepokan uang asli sehingga sulit terdeteksi oleh petugas bank,"ujarnya. Namun, Sholihin menjamin ketika uang palsu tersebut masuk ke Bank Indonesia, maka akan dapat terdeteksi.
Selanjutnya, Sholihin menyatakan tingkat peredaran uang palsu tidak meningkat bila dibanding dengan tahun sebelumnya. Menurut Sholihin, saat ini rasio uang palsu terhadap uang yang diedarkan masih berkisar 8/1 juta lembar. "Artinya masih sama dengan 2009 lalu," jelas Sholihin. Dengan rasio tersebut, ungkapnya, pengaruh peredaran uang palsu terhadap tingkat inflasi masih kecil.
Sholihin pun mengimbau kembali agar warga tidak segan-segan mengidentifikasi keaslian uang yang sudah diterimanya dengan empat D. "Kalau dulu dilihat, diraba, dan diterawang. Sekarang tambah lagi dilaporkan kalau uang itu memang palsu," tuturnya.