REPUBLIKA.CO.ID,MEDAN - Sejumlah lokasi pengungsian di Kabupaten Tanah Karo, Sumatera Utara (Sumut), membutuhkan tambahan petugas kesehatan. Ini terjadi karena pengungsi yang menderita sakit terus bertambah sampai hari keempat Gunung Sinabung itu meletus.
"Kita butuh tambahan tenaga, karena sejak hari pertama petugas yang ada sama sekali belum istirahat," ujar Daulat Tampubolon, tenaga dokter di lokasi pengungsian di Desa Tanjung Mbelang, Kecamatan Tiganreket, kemarin (3/9). Disebutkan, sejak hari pertama musibah, di lokasi pengungsian hanya ada seorang dokter yang dibantu seorang perawat dan empat bidan.
"Sejak hari pertama kita di sini belum berhenti melayani para pengungsi yang jumlahnya mencapai 900 orang. Tenaga kesehatan mulai keletihan, sementara tambahan tenaga dari Pemkab Karo atau dari Pemprovsu belum ada," ujarnya. Padahal pengungsi yang sakit terus bertambah. Menurut dia, minimnya tenaga kesehatan dikhawatirkan membuat tugas membantu para pengungsi tidak maksimal.
Hal senada juga diakui Dedi Pinem, tenaga dokter yang bertugas di lokasi pengungsian. Di lokasi yang menampung sekitar 650 pengungsi itu hanya dibantu empat perawat. Ketika ditanya jenis penyakit yang banyak diderita pengungsi, Daulat menyebutkan, kini para pengungsi mulai diserang diare. Pedngungsi saat ini masih berkisar 30.000 jiwa menyebar di beberapa tempat penampungan di Kabanjahe dan Berastagi.
"Kalau pada hari pertama sampai hari ketiga banyak yang terserang gangguan lambung, infeksi saluran pernapasan, serta gangguan kecemasan. Maka mulai hari keempat mulai banyak pengungsi yang terserang diare, karena sanitasi memang tidak baik," ujarnya. Mengenai ketersediaan obat-obatan, tidak ada masalah. "Obat-obatan cukup. Kita hanya kekurangan tenaga kesehatan," akunya.
Melihat situasi itu, Forum Komunikasi BUMN Sumut, telah megirim sejumlah tenaga medis dan obat-obatan ke pengungsian. PTPN II Tanjungmorawa ditunjuk sebagai koordinator bantuan kesehatan. “Tim kesehatan sudah bekerja dari PTPN II sudah bekerja,” kata Tamba Karokaro, Dir SDM/Umum PTPN II. Sedangkan untuk bantuan makanan dan material lainnya, telah pula dirim indomie, gula, masker dan selimut senhilai Rp 347 juta.
Sementara itu ketidakpastian kapan Gunung Sinabung dinyatakan aman dari batuknya, telah mendorong sejumlah warga melakukan ritual tolak bala. Yakni, memberikan sesajian di bawah pohon besar dekat Gunung Sinabung. “Sesajian ini kami lakukan untuk meminta perlindungan agar penjaga Gunung Sinabung tidak mengamuk,” kata penduduk. Itu dilakukan mereka, akrena sampai kemarin tidak ada kepastian sampai kapan mereka harus mengungsi.
Otoritas gunung merapi memang belum memberikan aba-aba sampai kapan warga harus mengungsi. Dengan kata lain status masih awas. Apalagi Gunung Sinabung sampai kemarin pagi masih memuntahkan material berupa partikel debu dan awan panas diserta dengan gempa yang cukup dirasakan dalam radius di atas 6 km. Sementara debu vulkaniknya sudah pula menyebar ke kawasan Deli Serdang.