REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Indonesia belum membutuhkan beras impor untuk mencukupi kebutuhan pangan dalam negeri hingga akhir tahun, meski negara lain seperti India dan China sudah bersiap melakukan impor mengantisipasi keadaan iklim tak menentu.
Menteri Pertanian, Suswono, sebelum sidang kabinet paripurna di Kantor Kepresidenan, Jakarta, Selasa, mengatakan hingga akhir tahun surplus produksi beras diramalkan mencapai angka lima juta ton. Namun, menurut dia, angka surplus itu bisa dicapai dengan catatan tidak ada perubahan cuaca yang esktrim dan gagal panen yang parah.
Karena itu, pihak Departemen Pertanian masih terus melakukan perhitungan angka ramalan produksi sampai akhir tahun dengan memperhitungkan resiko perubahan iklim. Suswono mengatakan diperkirakan terjadi kenaikan produksi beras sebesar 1,17 persen pada 2010 dibanding 2009. "Biasanya realisasinya di atas itu untuk menunjukkan kecukupan pangan dari sisi beras dengan catatan kalau tidak ada cuaca esktrem dan gagal panen, aman sampai akhir tahun," katanya.
Mentan mengatakan kecukupan pangan tahun ini didukung oleh penambahan lahan pertanian hingga 13 juta hektar serta curah hujan yang lebih panjang, sehingga banyak sawah tadah hujan yang dapat melakukan panen hingga tiga kali lipat.
Meski demikian, kata dia, harus tetap diwaspadai ancaman banjir pada lahan pertanian serta penyebaran hama penyakit. Surplus produksi beras lima juta ton yang bisa diperoleh pada akhir tahun, lanjut Mentan, dapat mencukupi kebutuhan dalam negeri hingga dua bulan ke depan pada tahun berikutnya.
"Ini kita akan lihat tahun depan apakah setelah 'la nina' muncul 'el nino' dan dikhawatirkan tahun depan musim kering berkepanjangan," ujar Suswono. Untuk itu, selain meningkatkan produktivitas pangan pemerintah juga akan berupaya melakukan diversifikasi pangan di beberapa daerah yang masih mengkonsumsi jenis karbohidrat lain, seperti sagu dan umbi-umbian.
Sedangkan untuk gula, Suswono mengatakan, pemerintah berencana melakukan impor tambahan sebanyak 200 ribu ton karena terjadi penurunan produksi dalam negeri akibat hujan terus menerus. Impor gula rafinasi yang kemungkinan berasal dari Brasil atau negara di kawasan Amerika latin lainnya itu untuk mencukupi kebutuhan konsumsi yang menurun dari 2,7 juta ton menjadi 2,5 juta ton.