Rabu 18 Aug 2010 20:51 WIB

Tanah Airku Srilanka, Tapi Darahku Indonesia

Ilustrasi
Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Dia mantan pejabat tinggi militer Srilanka. Dia keturunan Madura dan seorang Muslim seperti kebanyakan keturunan Melayu di negeri yang selama empat dekade dibelah konflik berkepanjangan antara Tamil melawan mayoritas Shinala itu.

Meskipun dia generasi kesepuluh keturunan Madura di Srilanka, dia tetap mangaku bangga dan rindu pada Madura, pada Indonesia. Dia adalah Brigadir Jendral (purn) Tuan Samayraan Buhary Sally Semasa menjadi perwira pertama angkatan bersenjata Srilanka, waktu itu Ceylon, dia pernah ditugaskan ke Singapura dan Malaysia pada 1947. Sementara sewaktu menyandang pangkat terakhir brigadir jenderal, dia sempat mengemban fungsi Kepala Staf Angkatan Darat sementara Srilanka.

''Saya rindu Indonesia,'' kata Sally kepada Antara usai mengikuti apel HUT ke-65 Kemerdekaan RI di Kedutaan Besar RI di Kolombo, Selasa.

Dia fasih berbahasa Indonesia, tidak seperti keturunan Melayu dan Madura yang diundang Kedubes RI di Kolombo lainnya. Sally bercerita bahwa nenek moyangnya menentang kekuasaan Belanda di Nusantara dahulu sehingga diasingkan ke negeri pulau di selatan India itu. ''Waktu itu ada istilah 'disailankan','' kenangnya. 'Disailankan' berarti dibuang ke Sailan atau Ceylon, Srilanka sekarang, karena memberontak atau menentang kekuasaan pemerintahan kolonial Belanda.

Lain lagi cerita Tony Saldin, yang menjadi Presiden Sri Lanka Indonesia Frienship Association (SLIFA). Pria tampan berumur sekitar 60-an itu mengaku dari generasi keenam keturunan Madura di Srilanka. Dia mengaku terhanyut oleh hentakan penuh semangat lagu kebangsaan Indonesia Raya. ''Kesannya penuh bersemangat,'' katanya dalam Bahasa Inggris dialek Srilanka.

Tidak seperti Sally, Tony relatif sering mengunjungi Indonesia, tetapi dia tidak sampai menyinggahi kampung halaman nenek moyangnya Madura. ''Saya hanya pergi ke Cirebon dan Jakarta,'' kata Tony.

Antusiasme dan ketertarikan pada Indonesia juga ditunjukkan DR RS Drahaman, dokters spesialis bedah THT yang juga keturunan Madura. Pria beranak dua beristrikan dokter gigi keturunan Melayu itu mengutarakan keingintahuannya untuk mengetahui lebih dalam Indonesia. Ketika diberitahu bahwa Madura dan Jawa kini dipersatukan jembatan terpanjang di Asia Tenggara (Jembatan Suramadu), Drahaman terhenyak. ''Oya? Wah, saya sepertinya harus ke sana,'' katanya.

Ada keingintahuan dari mereka tentang Indonesia, tanah tempat nenek moyang mereka lahir dan dibesarkan. Namun, dari antusiasme mereka mengikuti upacara 17 Agustus yang setiap tahun jarang sekali mereka lewatkan, warga Srilanka keturunan Indondesia tetap merasa dalam darahnya mengalir darah Indonesia. ''Ya, saya tidak memungkiri bahwa saya adalah keturunan Malay (Indonesia),'' aku Sally.

Menurut statistik yang beredar di Srilanka, puluhan ribu keturunan Melayu (Indonesia) hidup di seantero Srilanka. Sementara warga Indonesia yang berada di negeri itu mencapai sekitar 200 orang.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement